Kalau saja aku seorang laki-laki, aku akan
menjadi lelaki yang sejati, lelaki dewasa, lelaki yang penuh tanggung jawab
kepada kaum wanita. Menikahinya dengan keridhoan Tuhan, menyayanginya dengan
sepenuh hati, mencintainya tanpa ada luntur, menggaulinya dengan halal, memberikan
nafkah lahir maupun batin tanpa pamrih. Membimbingnya agar ia tak salah
langkah. Jika aku seorang laki-laki, tak pernah ada niat untuk menyakitinya, apalagi
menjajahnya, karena aku tahu ia lemah, fisiknya sekian persen jauh dibawah kekuatan
kaum pria. Kalau saja aku seorang Pria sejati, aku akan melindungi wanita
pendamping hidupku dari ancaman lelaki lain dan semua lelaki yang ingin berniat
jahat kepadanya. Kalau saja aku laki-laki, aku akan selalu tersenyum buat dia,
menyembunyikan aibnya, menenangkan jiwanya kala ia lara, menyembuhkan lukanya
ketika ia sedang sakit, dan selalu merawatnya sebagaimana aku merawat diriku
sendiri. Menjadikan wanita itu lebih berharga, indah, anggun. Keindahannya
tetap terjaga walaupun telah ditelan usia..aku tetap akan mencintainya.
Kalau saja aku seorang wanita, aku akan
menjadikan diriku berharga, tak mudah disentuh oleh laki-laki manapun yang bukan muhrim,
sampai aku menemukan laki-laki yang sah menggauliku, ku kan selalu menebarkan
aroma wangi, pesona keindahan bagi yang melihatnya. Tapi bukan untuk diobral,
dikomersilkan seperti barang dagangannya pedagang kaki lima di pinggir jalan,
pasar-pasar dan terminal-terminal. Andai saja aku perempuan, aku akan menjadi
perempuan baik-baik karena aku juga mengharapkan pasanganku adalah pria
baik-baik. Seandainya aku wanita, aku akan menjadi isteri yang solehah,
mengabdi kepada suami sepenuh hati, menjaga harga dirinya, menjaga rahasianya, merawat
anak-anak kami, melayani suamiku saat ia ingin bersetubuh denganku, kapanpun
itu (kecuali saat aku sedang berhalangan), dimana tempatnya asal kami bahagia.
Ku selalu berusaha untuk berpaling dari godaan laki-laki manapun yang mau
merusak kebahagiaan kami. Walaupun ia sedang kesusahan aku akan selalu ada
buatnya, walaupun ia sedang tak badmood,aku siap menghiburnya, walaupun ia
bermasam muka, aku akan selalu perlihatkan wajah berseri-seri ku. Ku akan
lakukan itu untuk kebahagiaan dia dan kami, karena aku mencintainya.
***
Kalau aku ditakdirkan menjadi seorang yang
mempunyai kelamin ganda (banci; transexual) aku tetap syukuri ini, ku
akan tetap berperilaku menurut naluriku, tanpa berusaha mendekati
larangan-larangan Tuhan dan menjauhi perintah-perintah-Nya. Aku akan berusaha
untuk tidak menyalahkan takdir dengan menjerumuskan diri dalam
ketidakpunyahargaan diri dengan menjual jiwa-jiwa yang kosong dengan harga
murah tanpa tawar. Sungguh, hidup itu aneh dan membuat orang merasa aneh dengan
keanehanku. Padahal aku juga manusia seperti mereka. Punya hati, punya perasaan,
punya akal yang sama. Aku selalu men-searching terus dimana letak keunggulan
dan kelebihan ciptkaan Tuhan yang unik ini pada diriku...kemudian aku tak
segan-segan untuk mengaktualisasikan dalam kehidupan yang lebih berharga
melebihi orang normal sekalipun.
***
Tapi Sekarang....
Aku adalah wanita, bukan laki-laki bukan pula
seorang banci. aku wanita dengan atribut kewanitaan fisik ku yang sempurna.
Alat reproduksi ku normal seperti wanita adanya. Namun, Tuhan memberikan jiwa
ku berbeda dengan wanita normal. Naluri wanita adalah menyukai lawan jenisnya
(laki-laki), bernafsu jika disentuh oleh kaum adam itu, tapi aku tidak
merasakan itu. Ya Allah! kenapa ini Engkau berikan kepada kami-kami. Jujur dari
lubuk hati yang paling dalam aku sungguh tak menginginkan ini semua. Aku ingin
seperti mereka punya pacar, punya kekasih dari lawan jenis, tapi kami tak bisa.
Aku sadar bahwa banyak cibiran orang-orang yang
mengatakan ”Jeruk kok makan jeruk”, tak jarang juga nada miring kepadaku
”jangan menyalahi kodrat non...” ketika mereka ucapkan itu aku sadar
bahwa perilaku ini salah. Ini tak normal (yaaach...walaupun para psikolog barat
mengatakan itu masih wajar, sehingga negeri mereka me-legalkan gay dan lesbi).
Aku sadar negeri ini terlalu sulit menerima keberadaan komunitas kami. Bahkan
masih tertanam di Long Term Memory ku tentang kisah umat Nabi Luth yang
dikutuk Oleh Allah SWT dengan membalik negeri nya pada subuh hari sehingga tak
ada satupun makhluk hidup yang selamat dari murka Tuhan itu. Semua nya karena
kebejatan kaum Nabi Luth yang melegalkan Lesbian dan Gay.
Tapi Aku tak Tahu mengapa Tuhan Menganugrahkan
kepadaku perasaan suka kepada sesama kaum ku sendiri?. Bukankah semua yang
dianugrahkan kepada Tuhan harus kita syukuri?...bukan kah syukur itu bermakna ”menggunakan
nkmat sesuai kehendak yang memberi nikmat”??..apakah tindakan kami yang
berakar dari naluri itu salah?...kami yang subjek bukan yang menciptakan
subjek..semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan bukan..? kalau kami ini salah
tolong luruskan...
Apa hikmah dari semua kekuasaan Tuhan ini?apa
makna dari persaan ini?...hari-hari aku lalui untuk memikirkan rahasia Tuhan
itu. Rahasia yang telah tertanam dalam naluri, libido, ego sentral kaum lesbi
dan Gay?.....jujur aku kesulitan menemukan jawabannya..
Pertanyaan itu mungkin yang tak pernah
terpikirkan oleh orang-orang yang selalu mencibir kami, memperolok-olokkan
kami.
Kami sadar bahwa manusia diciptakan berpasangan
dengan laki-laki. Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita. Dan hanya dengan para
lelaki keturunan kami berkembang, generasi manusia bertambah. Tapi kami tak
bisa...tak bisa....T_T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar