Setiap saat Aku merasa bahwa Neraka diciptakan oleh Allah hanya untukku :: Mencurigai orang yang dikenal baik menjadikan kita berpotensi menzaliminya. Mencurigai orang yang dikenal buruk berpotensi kita tertipu olehnya :: Hanya satu motivasi yang ada, yaitu Allah. Adapun motivasi lainnya harus dalam rangka “karena dan/atau untuk” Allah.:: Surga itu bukan karena amal baik, neraka juga bukan bukti kedurhakaan kepada Allah, melainkan Surga adalah bukti RahmatNya, Neraka karena bukti keadilanNya :: Agama (Islam) bukan sekumpulan aturan dengan ganjarannya. Lebih dari itu agama merupakan wilayah pengungkapan Ilahi melalui Kalam-Nya dengan menggunakan bahasa perumpamaan (tamtsil) dan symbol (ayat) yang bisa dicerna oleh pikiran manusia. Simbol dan perumpamaan itu digunakan Sang Khaliq ketika Ia memperkenalkan dan menyingkapkan Diri-Nya kepada makhluk-Nya. :: Amal baik Manusia tidak akan sampai kehadirat Tuhan jika ia masih mengingat bahwa itu adalah sebuah amal :: Kalau posisimu menjadi paku, sabarlah!, jangan pernah ingin menjadi palu. Jadilah paku yang baik, karena ketika dirimu mampu mengeratkan dengan kuat antara kayu yang satu dengan kayu yang lain, maka tanpa disuruhpun si palu akan berhenti sendiri memukulimu. kalaupun dia tetap memukulimu maka yang kena pukul bukan dirimu melainkan kayunya. sebaliknya jika kamu menjadi palu, cepatlah kamu memanfaatkan posisimu, supaya paku cepat menancap dan kayu tidak pecah. :: Anda akan melihat orang bertaqwa itu: - Selalu bersih walau miskin - Selalu hemat walau sederhana - Kalau beruntung ia bersyukur - Kalau merugi atau diuji dia bersabar - Dia tidak berjalan dengan membawa fitnah - Dia tidak menghabiskan waktu dalam permainan - Dia tidak menuntut yang bukan haknya, tapi tidak menahan hak orang lain - Kalau dia dimaki dia tersenyum, sambil berkata: "Kalau makian anda benar saya mohon semoga Allah mengampuniku", jika makian anda salah saya mohon semoga Allah mengampunimu - Kemanapun dia melangkah dia bersama Allah, kapanpun dia berbicara dengan tuhan dan tuntunan-Nya. :: LEBIH PENTING MENYUCIKAN JIWA DARIPADA MENGISI AKAL DENGAN ILMU. BERSIHKAN JIWA KITA MAKA ILMU AKAN DATANG KEPADA KITA PERSIS SEPERTI SUMUR, JIKA KITA INGIN AIR YG JERNIH, GALI SUMUR ITU, KELUARKAN KOTORAN-KOTORANNYA MAKA DARI DALAM AKAN MEMANCAR AIR YANG JERNIH JAUH LEBIH JERNIH DARI AIR YANG DATANG DARI LUAR. :: BANYAK ORANG YANG MENGATAKAN “IKUTILAH KATA HATIMU”. TAPI TAHUKAH ANDA BAHWA KATA HATI ITU BISA SAJA BERSUMBER DARI MALAIKAT DAN SETAN. JIKA DIA LEBIH MEMILIH KEBIASAAN MENDEKATKAN DIRI KEPADA TUHAN MAKA SEMOGA SAJA KATA HATI ITU BAIK, NAMUN JIKA DIA JAUH DARI TUHAN MAKA BISA JADI KATA HATI ITU BERASAL DARI SETAN YANG BANYAK TIDAK BAIKNYA. MAKA HATI-HATILAH DENGAN KATA HATI ANDA :: ORANG YANG SERING SERIUS AKAN DICANDAI OLEH ORANG-ORANG, ORANG YANG SERING BECANDA AKAN SELALU DISIKAPI DENGAN KAKU OLEH ORANG-ORANG. MANUSIA TIDAK AKAN MENJADI MANUSIA YANG UTUH JIKA HANYA BISA SERIUS ATAU HANYA BISA BERCANDA...LIFE IS FUN HAVING SERIOUS, HAVING FUN IS SERIOUS LIFE:: JIKA SEMUANYA TIDAK PASTI, MAKA SEMUANYA JUGA PASTI MUNGKIN :: ORANG YANG SUKSES BUKANLAH ORANG YANG SERING MENIKMATI KEBERHASILAN, ORANG YANG SUKSES ADALAH ORANG YANG SERING MENGALAMI KEGAGALAN KARENA TERLALU SERING GAGAL AKAN MENDIDIK MANUSIA MENJADI IKHLAS, IKHLAS MENERIMA KEGAGALAN ADALAH KUNCI KESUKSESAN DIRI, PALING TIDAK UNTUK DIRINYA SENDIRI......WHY YOU SO SERIUOS? :: kebanyakan orang yg selalu minta dimengerti adalah pribadi yang TIDAK pengertian. kenapa demikian?..karena dia selalu menyibukkan diri dengan menuntut haknya sedangkan kewajibannya (hak orang lain) ia abaikan... jadilah pribadi yang menyedikitkan menuntut hak dan tidak mengabaikan hak orang lain (kewajibannya), maka dia adalah pribadi yang indah dan penuh pengertian :: BANYAK KEBERHASILAN DIRAIH DENGAN MENYEIMBANGKAN DOA DAN IKHTIAR, DAN KINI BANYAK KETIDAKBERHASILAN KARENA SELALU BERIKHTIAR NAMUN JUSTRU MENINGGALKAN DOA, BERANIKAH MANUSIA MENENTUKAN SEBERAPA BESAR PORSENTASE KEMUNGKINAN DIA BERHASIL TANPA PERTOLONGAN TUHAN??? :: Saya bukan tidak setuju dengan ungkapan HARI INI LEBIH BAIK DARI KEMAREN DAN BESOK LEBIH BAIK DARI SEKARANG. namun saya lebih nyaman dengan ungkapan HARI INI LEBIH HARUS LEBIH BAIK DARI KEMAREN DAN BESOK :: Apakah Anda tahu, bahwa ketika kita telah melakukan kesalahan pada detik-detik pertama ada rasa bersalah dalam diri kita, itulah momen bahwa Allah SWT sedang menegur kita untuk segera memperbaiki kesalahan tersebut. Ketika kita abaikan teguran tersebut dan terus larut dalam kesalahan-kesalahan maka hilanglah peluang kita untuk mendapat teguran kecuali kita mendapat resiko dengan menerima akibat negatif dari kesalahan tersebut :: Sebaik-baik ucapan adalah Kitab Allah SWT, sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Rasulullah SAW, sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tenga, sejelek-jeleknya perkara adalah perkara baru tanpa filterisasi, setiap perkara baru tanpa filterisasi adalah bid'ah, bid'ah adalah kesesatan, kesesatan tempatnya di neraka :: Kesejahteraan Materi itu beda dengan Ketenangan Batin. untuk meraih kesejahteraan materi orang tidak perlu beriman, orang tidak harus sholat. buktinya orang yang tidak sholat banyak juga yang memperoleh kesejahteraan materi, namun pasti tidak mendapatkan ketenangan batin (kalau tidak sekarang, besok dia akan merasa ketidaktenangan tersebut). Jika ia sholat namun masih tidak tenang maka sisahkanlah waktu untuk mengoreksi sholatnya. :: Orang yang malas diwaktu muda akan dipaksa bekerja keras diwaktu tua. Pilihlah jalan hidupmu atau pilihan yang akan memaksamu menentukan hidupmu ::

Senin, 12 Desember 2011

Mengapa Aku Memakai Niqab (Jilbab)?


Sara Bokker, dahulu seorang aktris perempuan dan seorang model. Ia melepaskan bikini dan menggunakan cadar. Dengan cadar ia mengaku lebih bebas.


AURAT WANITA DIDEPAN LAKI-LAKI MAHROM DAN AJANIB


Tulisan ini hanya sharing aja, tak ada tendensius apa-apa mengapa hanya perihal aurat wanita saja yang dibahas, hal ini disebabkan sungguh besar fitnah seorang wanita dimuka bumi ini. Mereka memang diciptakan sebagai mahluk yang indah dan perlu aturan yang jelas untuk memelihara keindahan tersebut.

Jumat, 09 Desember 2011

Perbedaan otak cowok vs otak cewek

Michael Guriaan dalam bukunya What Could He Be Thinking? How a Man’s Mind Really Works menjelaskan, perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan terletak pada ukuran bagian-bagian otak, bagaimana bagian itu berhubungan serta cara kerjanya. Perbedaan mendasar antarkedua jenis kelamin itu adalah:

8 Pengertian Cinta Menurut Qur'an


Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'an
katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya
...(man ahabba syai'an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta
sejati ada tiga :

PERBEDAAN CINTA DENGAN NAFSU

Cinta dan nafsu adalah dua hal yang selalu saja ada dalam diri manusia. Keduanya bagai sisi mata pedang yang sangat bertolak belakang namun selalu hadir bersama. Inilah 5 perbedaan cinta dan nafsu. Insya Allah bermanfaat untuk kalian semua. Lets cekidot ~>

1. Cinta itu membahagiakan, Nafsu itu membahayakan

Cinta yang sebenarnya selalu menunjukkan jalan atau arah menuju kebahagiaan bagi orang-orang yang menjalaninya.

Selasa, 06 Desember 2011

Takut Hamil No.1, Takut Berdosa No. 5


Perilaku seks pranikah pada usia 15 tahun sampai 25 tahun cukup mengkhawatirkan. DKT (Darmendra Kumar Tiagi) Indonesia melansir hasil survey jika 462 dari 663 responden (69,6 %) mengaku pernah berhubungan seks pranikah di usia 19 tahun. Celakanya, yang membuat paling menyesal setelah berhubungan seks adalah takut hamil (38 %), bukan takut dosa (4 %).READ MORE

Mau tahu gambaran dunia kerja tahun 2012, ikuti survey kami berikut ini! (JobStreet.com)

Gambaran Dunia Kerja Tahun 2012

Persaingan saat ini bukan hanya ada diantara kaum adam saja, emansipasi telah menghadirkan wanita dalam kehidupan pria. Akan tetapi tidak semua orang sudah berpikir secara maju, masih ada beberapa tolak ukur bahwa wanita memiliki kodrat untuk berada di bawah bayang – bayang kaum pria.

Minggu, 04 Desember 2011

Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah

Alhamdulillah, pada kesempatan kali ini saya ingin memberikan hadiah untuk Anda semua, wabil khushush untuk Anda yang berminat mendalami ilmu-ilmu keislaman. Seperti kita ketahui bersama, salah satu ilmu terpenting bagi manusia adalah ilmu fiqih, karena dengan ilmu tersebut setiap orang bisa mengetahui apa yang wajib dia kerjakan dan apa yang terlarang. Dengan ilmu fiqih juga, orang bisa tahu apa yang halal dia konsumsi dan apa yang haram. Bagi setiap muslim, hal ini adalah sesuatu yang sangat mendasar dan maha penting untuk diketahui. Nah, kali ini saya akan memberikan hadiah ebook kitab fiqih terlengkap yang pernah ada, gratis untuk Anda.

المجموع شرح المهذب

Alhamdulillah kali ini kami mempostingkan kitab yang sangat terkenal dan sangat penting, khususnya sebagai rujukan masalah-masalah khilafiah dalam ilmu fiqih, yang terkadang menjadi problem antara umat islam sendiri, sehingga begitu gampang menyalahkan orang lain, sampai-sampai mengganggap sesat temanya sendiri, tanpa ilmu dan tanpa pengetahuan yang luas akan ilmu agama.

Kitab Al Bayan fi Madzhabi Al Syafii

ألسّلام عليكم ورحمة اللهِ وبركاته

Kali ini saya akan memberikan link download salah satu kita fiqh besar karya Ulama Mujtahid terbesar  Imam Syafii Rahimaullah yaitu kitab: 
البيان فى مذهب الشّافعى 

Jumat, 02 Desember 2011

Tak Selamanya Sabar Itu Baik

Dalam prakteknya, kita memang tidak bisa memperdebatkan apakah kesabaran itu penting atau tidak. Tidak bisa juga kita memilih untuk menjadi orang yang sabar atau tidak. Sejauh kita ingin memanifestasikan apa yang belum nyata di pikiran, kesabaran itu mutlak dibutuhkan. Pasalnya, semua manifestasi itu butuh proses dan perjuangan.

Senin, 28 November 2011

Minggu, 27 November 2011

Tafsir Al Mishbach oleh Prof. Dr. HM Quraisy Shihab

ألسّلام عليكم ورحمة اللهِ وبركاته

Prof.Dr. M.Quraish Shihab adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim Indonesia, dan juga mufasir (ahli tafsir) Al-Quran yang mampu menerjemahkan dan menyampaikan Al-qur’an dalam konteks masa kini dan masa modern.  
Berikut ini saya ingin berbagi info mengenai rekaman ceramah beliau mengenai surat Al  Mishbach yang berbentuk MP3

Surat Al Maidah dan Surat An Nisa download: DISINI
Surat Al Balad s.d. Surat  Al Ikhlas download: DISINI






MAU (KU) MU APA SIH?


Kadang kita sering bertanya kepada takdir yang tak berpihak kepada. Tapi kadang selalu cuek bebek membiarkan hidup ini berjalan layaknya gelandangan yang berjalan tanpa arah yang dituju, membiarkan sekitar yang menggunjingkan, mengata-ngatai. Kadang pula sangat responsif bahkan terlalu lebay merespon semua stimulus yang diterima, mangkel dengan nasib yang tak selalu berpihak.

Sabtu, 26 November 2011

Ciri-Ciri Wanita Surga


Bismillahir rahmanir rahiim
Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)

Wanita Yang Pertama Masuk Surga


Bismillahir Rahmanir Rahiim

Pada suatu hari Fatimah bertanya Rasulullah, siapakah perempuan pertama yang bakal masuk syurga. Baginda menjawab, seorang wanita yang bernama Muti’ah. Fatimah terkejut, ternyata bukan dia seperti yang dibayangkannya. Mengapa orang lain, pada hal dia adalah puteri Nabi ?

PERKAWINAN

Kita pernah berkata bahwa perkawinan hendaknya langgeng. Apa yang disatukan oleh Allah sewajarnya tidak diputus. Dalam konteks kelanggengan itulah Allah menyatakan bahwa perkawinan itu adalah “ mitsaqon gholiza ” (ikatan yang sangat kokoh). Dia kokoh karena pengikatnya 3 hal pokok, yaitu: mawaddah, rohmah, dan amanah. Kalau mawaddah putus masih ada rohmah, kalau rohmah putus masih ada amanah  dan memang bila hidup tanpa amanah, dan memang kalau hidup tanpa amanah, maka perut bumi lebih baik bagi yang bersangkutan daripada permukaannya.

Tips Mengatasi judes atau jutek pada cewek (wanita)

Wanita judes yang pemarah dan agresif bukan hanya karena kesalahan gen. Tapi sifat judes ini juga bisa menurunkan kepada anaknya. Namun ada cara sederhana agar judes berkurang.

Jumat, 25 November 2011

CUPLIKAN NEGERI 5 MENARA


Man Jadda Wajadda
Saya termasuk telat membaca “Negeri 5 Menara” karangan A. Fuadi. Bukan karena saya tidak punya uang untuk membeli novel tersebut, melainkan lebih kepada rasa suudzan saya yang menilai buku tersebut. Ah paling ngikutin jejak Hirata. Itu penilaian sekilas saya ketika buku best seller tersebut terbit.

Namun rupanya semua penilaian saya berbalik 180 derajat setelah saya mencoba membaca buku tersebut. Novel yang berbeda yang sarat dengan nilai hidup dan kehidupan. Saya memberi apresiasi sepenuhnya atas nilai-nilai yang diajarkan oleh Ahmad Fuadi dalam novel pertamanya. Sungguh saya menyesal telah menilai salah di awal terbitnya novel ini.
Bukan untuk bermaksud membandingkan dengan penulis lainnya, namun setelah membaca N5M, saya benar-benar merasakan pengalaman yang berbeda. Ada tawa ceria yang membuat saya mesem-mesem sendiri ketika membacanya, dan juga ada rasa haru yang membuat dada saya berdesir-desir. Dan yang paling utama membuat saya terkesan dan bersedia memberikan penilaian sempurna untuk isi buku ini adalah petuah-petuah yang terkesan tidak menggurui yang sangat bernilai sekali buat saya.
Novel ini mengisahkan Alif kecil remaja yang terpaksa harus mengubur impiannya untuk bersekolah di SMA umum. Alif membuat keputusan setengah hati untuk masuk pondok pesantren modern di tanah  jawa. Alif yang berasal dari lingkungan danau Maninjau, Bukit Tinggi Sumatera Barat, akhirnya bersekolah dan menuntut ilmu di Ponorogo Jawa Timur.
Rupanya keputusan setengah hati Alif remaja adalah keputusan yang sungguh tepat. Didasari karena ingin menuruti petuah sang bunda, Alif menjelma menjadi remaja pintar di Pondok Modern Madani asuhan kyai Rais. Novel ini mengisahkan kehidupan pondok pesantren yang sama sekali berbeda dari stereotype pontren pada umumnya.
Dalam perantauannya di Jawa, Alif dipertemukan dengan 5 orang yang akhirnya menjadi sahabat karib. Mereka adalah Dulmajid, Baso, Raja, Atang, dan Said. Ke enam orang inilah yang selanjutnya disebut Shahibul Menara karena kebiasaan mereka menghabiskan waktu istirahat di bawah Menara Mesjid. Di bawah menara itulah mereka bermimpi. Meskipun dalam perjalanannya, diceritakan bahwa Alif hampir berhenti dan berniat untuk tidak menyelesaikan pendidikannya di PM Madani, namun rupanya suntikan vitamin semangat dari kedua orang tua dan para guru membuat Alif berhasil menjadi satu dari sekian ratus murid PM yang berhasil menyelesaikan pendidikannya.
Melalui kerja keras dan tekad baja mereka memelihara mimpi-mimpi mereka hingga akhirnya satu persatu impian mereka tercapai. Man Jadda Wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Itu yang mereka tanamkan dalam otak. Man jadda wajadda adalah kombinasi antara niat, kerja keras, serta ikhlas.
Man Jadda Wa Jadda. Kalimat sakti yang membuat saya berhasil bangkit dari rasa pesimis untuk sesuatu yang sedang saya tempuh untuk saya raih. Betapa Fuadi telah berhasil menyuntikkan spirit dan semangat untuk berbaik sangka kepada Allah SWT, melalui kalimat tersebut, bagi para pembacanya. Saya adalah satu yang tersuntik spirit tersebut.
-hs-
Man Shabara Zhafira
Setelah Menerbitkan Negeri 5 Menara, rupanya Fuadi membuat lanjutannya hingga tiga seri. Jadilah novel ini adalah trilogi. Untuk buku ke dua ini saya membelinya cepat-cepat karena takut kehabisan stock. Bisa dibayangkan, dalam 3 hari, Ranah 3 Warna yang merupakan buku kedua trilogi negeri 5 menara, sudah cetak ulang. Luar biasa.
Jika buku pertama menceritakan kehidupan Alif remaja di Pondok Modern Madani, maka buku ke dua ini mengisahkan perjalanan Alif menggapai mimpinya ke Amerika seperti yang dia impikan ketika bersama-sama shahibul menara.
Dalam buku setebal 474 halaman ini, Fuadi dengan energik menceritakan kisah hidup tokoh utama yang diambil dari kisah hidupnya selama menjadi mahasiswa di Unpad Bandung.
Hidup adalah perjuangan.  Begitulah kira-kira apa yang disampaikan Fuadi melalui sosok Alif Mahasiswa.  Di tengah-tengah himpitan kesulitan ekonomi yang melilit keluarganya, Alif akhirnya lulus ujian penerimaan mahasiswa baru melalui jalur UMPTN. Alif yang tidak memiliki ijazah SMA umum, harus berjibaku menundukkan ujian persamaan terlebih dahulu sebelum akhirnya lolos UMPTN. Lagi-lagi, di sini, Fuadi menekankan Man Jadda WaJadda. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Dia membuktikannya melalui perjalanan Alif menembus UMPTN yang rasanya tidak mudah dilalui.
Pada bagian selanjutnya, Alif hidup di perantauan. Bandung. Bersama sahabatnya sejak kecil, Randai, Alif mengembara untuk menuntut ilmu di Unpad Bandung. Berbagai ujian dan cobaan datang silih berganti padanya. Alif berjuang membanting tulang untuk kuliahnya. Apalagi setelah meninggalnya tokoh ayah yang selama hidupnya terbilang sangat dekat dengan Alif. Jadilah Alif berusaha keras untuk menghidupi dirinya selama di Bandung.
Selain Man Jadda Wajadda, rupanya Fuadi juga ingin memberikan suntikan spirit lainnya melalui kalimat Man Shabara Zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Dengan melebihkan usaha di atas rata-rata, kemudian berdoa,  serta bersabar, maka manisnya hasil usaha akan diraih di kemudian hari.
Dalam ranah 3 warna ini akhirnya Alif berhasil menjejak tiga benua yang berbeda. Melalui Man Jadda Wajadda dan Man Shabara Zhafira, Alif berhasil menggapai apa yang ia mimpikan.
Dalam penutupnya, Fuadi menuliskan kalimat yang saya yakin akan membuat anda terinspirasi. Berikut saya kutipkan sebagian kalimat penutup dari Fuadi.
 “ … Mantra Man Jadda Wajadda saja ternyata tidak cukup. Antara sungguh-sungguh dan sukses itu tidak bersebelahan. Tapi ada jarak. Jarak ini bisa hanya satu sentimeter, tapi bisa juga ribuan kilometer. Jarak ini bisa ditempuh dalam hitungan detik, tapi juga bisa puluhan tahun.

Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi dengan sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung. Sabar yang mebuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin., bahkjan seakan-akan it adalah sebuah keajaiban dan keberuntungan. Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa, dan sabar yang berlebih-lebih.

Bagaimanapun tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan walaupun hidup sudah digelung dengan  nestapa akut. Hanya dengan sungguh-sungguhlah jalan sukses terbuka. Tapi dengan sabarlah takdir itu terkuak menjadi nyata. Dan Tuhan selalu memilhkan yang terbaik dan paling kita butuhkan. Itulah hadiah Tuhan buat hati yang kukuh dan sabar.

Sabar itu awalnya terasa pahit, tetapi akhirnya lebih manis daripada madu. Dan Alhamdulillah, aku sudah mereguk madu itu. Man shabara zhafira, siapa yang sabar akan beruntung.” (A. Fuadi:2011. P 468-469)

Senin, 19 September 2011

KUINGIN MEMILIKIMU DENGAN HALAL (TANPA PAKSA)



Susah untuk diungkapkan perasaan hati ini. Kegalauan yang terus mengganjal tak pernah berhenti menghujam sanubariku. Mestinya ketika aku pergi untuk sementara guna mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiranmu dalam hidupku, ada semangat yang terkobarkan sehingga memacuku untuk terus berkarya guna menggapai impian untuk hidup bersamamu dengan penuh kebahagiaan, mawaddah. Namun kenyataannya diri ini dipenuhi dengan kegelisahan, kekhawatiran, simpati, dan  kasihan bahkan rasa sayang bercampur baur tak menentu. 


Apa yang mesti aku lakukan untuk menentramkan hatimu, menenangkan pikiranmu, memantapkan langkahmu, berjalan penuh keyakinan dan tersenyum, gembira sehingga membuatku gembira pula melihatmu. Bertahun-tahun aku belajar perilaku manusia tapi kenapa sekarang jadi bingung sendiri? Apa dari awal cara dan jalanku salah? Terencana dan terkondisikan, terkesan tak alami adalah keliru?. Apa kisah cintamu disana sangat indah dan mengesankan sehingga aku tak punya hak sama sekali untuk mencintaimu? Apa cinta selalu hadir dari saling pandang lalu bergejolak dihati? Apa cinta selalu menuntut diperjuangkan dan melewati batas birrul-walidain? Ternyata aku masih buta tentang cinta dan wanita atau cintalah yang telah membutakanku.  


Kesapakatan keluarga telah dilakukan tapi hatiku dan hatimu masih terasa jauh dari kesepakatan. seolah masih ingin menutupi sesuatu dan membangun benteng yang kokoh dan menyulitkanku menerobosnya, membatasi diri sehingga seolah-olah tak ingin ku ketahui. Bagaimana hal ini akan dilanjutkan bersumpah atas nama Tuhan jika problem ini tak terpecahkan. Orang wajar saja menilai kita pasangan yang ideal, hubungan keluarga kita penuh ikatan emosi, euforia kebahagiaan kita mereka hembuskan kesana-kemari bagai debu berterbangan tanpa tujuan, ruang dan arah. Tapi apa mereka apa tahu sebenarnya yang telah terjadi pada kita.


Ya Allah...help me...!!!


Wahai gadisku, bicaralah..keluarkan semua keluh kesahmu, yakinkan hatimu sebelum kita melangkah lebih jauh lagi. Sumpah demi Allah Aku ingin memilikimu tanpa ada perampasan hak, kau ingin punyai dirimu dengan halal, ikhlas tanpa sedikitpun iri, dendam dikemudian hari. Aku ingin menjagamu dengan sepenuh hati, penuh ikhlas. Ku rela menjadi sandaranmu tatkala tak ada lagi yang bisa kau sandarkan, ku ingin selalu mengusap air mata yang menetes dipipimu saat kau menangis, menghiburmu saat lara, memotivasi saat kau sedang rapuh, memelukmu dengan erat saat dingin menusuk tubuhmu, memberi keteduhan dan kesejukan saat kepanasan. Berjuta harapan dan rencana sudah kupersiapkan untuk kita nanti dan melangkah dengan sebuah keyakinan.


Regard,
MRZN

Sabtu, 30 Juli 2011

14 Tata Cara Berdoa yang Benar


Bismillahir Rahmanir Rahiim
Sebelum berdo’a, maka harus diperhatikan adab-adab atau tata tertib berdo’a tersebut.  Diantara adab-adab atau tata tertib berdo’a, diantaranya  adalah sebagai berikut :
1. Mencari yang halal (makanan dan barang yang halal dan menjauhi yang haram)
Diriwayatkan oleh Hafizh bin Mardawaih dari Ibnu Abbas ra, katanya : “Saya membaca ayat di hadapan Nabi SAW yang artinya : “Hai manusia makanlah barang-barang halal lagi baik yang terdapat dimuka bumi”. Tiba-tiba  berdirilah Sa’ad Abi Waqqash, lalu katanya : “Ya Rasulullah! Tolong anda do’akan kepada Allah, agar saya dijadikan orang yang selalu dikabulkan do’anya”.
Ujar Nabi : “Hai Sa’ad! Jagalah soal makananmu, tentu engkau akan menjadi orang yang terkabul do’anya! Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada dalam genggamannya! Jika seorang laki-laki memasukkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima do’anya selama empat puluh hari. Dan siapa juga hamba yang dagingnya tumbuh dari makanan haram atau riba, maka neraka lebih layak untuk melayaninya!
Dan diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW. bersabda : “Hai manusia! Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan tak hendak menerima kecuali yang baik. Dan Allah telah menitahkan kaum Mukminin melakukan apa-apa yang telah dititahkan-Nya kepada para Mursalin, firman-Nya :
“Hai para Rasul! Makanlah olehmu makanan yang baik, dan beramal solehlah! Sesungguhnya,  Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan !”.(Q.S. Al-Mu’minin : 51)
Dan firman-Nya lagi :
“Hai orang-orang yang beriman ! Makanlah mana-mana rezeki yang baik yang telah Kami berikan padamu !”. (Q. S. Al-Baqarah : 172)
Kemudian disebutnya tentang seorang laki-laki yang telah berkelana jauh, dengan rambutnya yang kusut dan pakaian penuh debu, sedang makanannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dibesarkan dengan barang haram. Walaupun ia menadahkan tangannya kelangit sambil berdo’a : “Ya Tuhan, Ya Tuhan! Bagaimana Tuhan akan mengabulkan do’anya itu !”.
2.  Menghadap kiblat
Rasulullah SAW pergi keluar buat shalat istisqa’ (minta hujan), maka beliau berdo’a dan memohonkan turunnya hujan sambil menghadap kiblat.
3.  Memperhatikan saat-saat yang tepat dan utama
Seperti pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum’at, sepertiga terakhir dari malam hari, waktu sahur, ketika sedang sujud, ketika turun hujan, antara adzan dan qomat, setelah sholat fardhu, saat mulai pertempuran, ketika dalam ketakutan atau sedang beriba hati, dan lain-lain.
a.  Diterima dari Abu Umamah ra, : Seseorang bertanya : “Ya Rasulullah, do’a manakah yang lebih didengar Allah ? Ujar Nabi : “Do’a ditengah-tengah akhir malam, dan selesai shalat – shalat fardhu”. (H.R. Turmidzi)
b.  Dan diterima dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW. bersabda : “Jarak yang paling dekat diantara hamba dengan Tuhannya ialah ketika ia sedang sujud. Maka perbanyaklah do’a ketika itu, karena besar kemungkinan akan dikabulkan”. (H.R. Muslim).
4.  Mengangkat kedua tangan setentang kedua bahu
Berdasarkan hadits riwayat Abu Daud dari Ibnu Abbas ra, katanya : “Jika kamu meminta hendaklah dengan mengangkat kedua tangamu setentang kedua bahumu atau kira-kira setentangnya, dan jika istighfar ialah dengan menunjuk dengan sebuah jari, dan jika berdo’a dengan melepas jari-jemari tangan”.
Dan diriwayatkan dari Malik bin Yasar bahwa Nabi SAW. bersabda : “Jika kamu meminta kepada Allah, maka mintalah dengan bagian dalam telapak tanganmu, jangan dengan punggungnya” Sedang dari Salman, sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya Tuhanmu Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi adalah Maha Hidup lagi Maha Murah, ia merasa malu terhadap hamba Nya jika ia menadahkan tangan kepada Nya, akan menolaknya dengan tangan hampa”.
5.  Memulainya dengan memuji Allah, memuliakan dan menyanjung Nya, serta bershalawat kepada Nabi SAW.
Berdasarkan hadits riwayat Abu Daud dan An Nasa’i, juga oleh Turmidzi, dari Fudhalah bin ‘Ubeid ra, : “Bahwa Rasulullah SAW. mendengar seorang laki-laki berdo’a selesai shalatnya, tanpa membesarkan Allah dan mengucapkan shalawat Nabi, maka sabdanya : “Orang ini terlalu tergesa-gesa”. Kemudian dipanggilnya orang itu, katanya kepadanya atau juga kepada orang-orang lain: “Jika salah seorang diantaramu berdo’a, hendaklah dimulainya dengan membesarkan Tuhannya yang Maha Agung dan Maha Mulia itu serta menyanjungNya, lalu mengucapkan shalawat atas Nabi SAW., serta setelah itu barulah ia berdo’a meminta apa yang diingininya”.
6. Memusatkan perhatian, menyatakan kerendahan diri dan ketergantungan kepada Allah Yang Maha Mulia, serta menyederhanakan tinggi suara, antara bisik-bisik dan jahar
Firman Allah : “Dan janganlah kamu keraskan suaramu waktu berdo’a, jangan pula berbisik-bisik dengan suara halus, tetapi tempuhlah jalan tengah antara kedua itu “. (Q.S. Al-Isra’: 110)
Dan firman Nya pula,
Bermohonlah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan tidak mengeraskan suara ! Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melewati batas. (Q.S. Al-A’raf : 55)
Berkata Ibnu Jureir : “Tadharru’ maksudnya ialah merendahkan diri dan pasrah menta’ati-Nya. Sedang “khufyah” ialah dengan hati yang khusyu’ dan keyakinan yang teguh mengenai ke-Esaan dan ke-Tuhanan-Nya dalam hubungan antaramu dengan Nya, jadi bukan dengan suara keras karena riya’.
Selanjutnya dijelaskan dalam sebuah hadits yang diterima dari Abu Musa Asy’ari ra, bahwa ketika Rasululullah SAW mendengar orang-orang berdo’a dengan suara keras, beliaupun bersabda: “Hai manusia ! Berdo’alah dengan suara perlahan, karena kamu tidaklah menyeru orang yang tuli ataupun berada di tempat yang kamu seru itu ialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, dan tempat kamu bermohon itu lebih dekat lagi kepada salah seorangmu dari leher kendaraanya! Hai Abdullah bin Qeis ! Maukah kamu kutunjuki sebuah kalimat yang merupakan salah satu perbendaharaan surga? yaitu: “Laa haula walaa quwwata illaabillaah”.
Dan diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Nabi SAW bersabda : “Hati itu merupakan gudang-gudang simpanan. Dan sebagiannya lebih tahan lagi simpanannya (ingatannya) dari yang lain. Maka jika kamu hai manusia memohon kepada Allah, maka mohonlah dengan hati yang penuh keyakinan akan dikabulkan-Nya.Karena Allah tidak akan mengabulkan do’a dari seorang hamba yang hatinya kosong dari ingatan dan perhatian.”
7.  Hendaklah do’a itu tidak mengandung dosa atau memutuskan tali silaturahim
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Sa’id Khudri ra, bahwa Nabi SAW. bersabda :  “Tidak seorang Muslimpun yang berdo’a kepada Allah ‘azza wa jalla, sedang do’anya itu tikak mengandung dosa atau bermaksud hendak memutuskan silaturrahim, maka akan diberi Allah salah satu diantara tiga perkara : Pertama, akan dikabulkan Nya do’a itu dengan segera. Kedua, adakalanya ditangguhkan Nya untuk menjadi simpanannya di akhirat kelak. Dan Ketiga, mungkin dengan menghindarkan orang itu dari bahaya yang sebanding dengan apa yang dimintanya”. Tanya mereka : “Bagaimana kalau kami banyak berdo’a?” Ujar Nabi : “Allah akan lebih memperbanyak lagi”.
8.  Tidak menganggap lambat akan dikabulkan Tuhan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW. bersabda: “Tentu do’a seseorang akan dikabulkan Allah, selama orang itu tidak gegabah mengatakan : “Saya telah berdo’a, tetapi do’a itu tidak juga dikabulkan Tuhan”.
9.  Berdo’a dengan keinginan yang pasti agar dikabulkan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah ra, bahwa  Rasulullah SAW. bersabda : “Janganlah salah seorang diantaramu mengatakan: “Ya Allah ampunilah daku jika Engkau mengingininya, ya Allah, beri rahmatlah daku jika Engkau mengingininya” dengan tujuan untuk memperkuat permohonannya itu, karena Allah Ta’ala, tak seorangpun yang dapat memaksa Nya”.
10. Memilih kalimat-kalimat yang mencakup makna yang luas.
Umpamanya  “Rabbana aatina fi’d dun-ya hasanah, wafi’l aakhirati hasanah, waqina adzaaban naar”, (Artinya : Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan  di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka). Nabi SAW memandang utama berdo’a dengan kalimat-kalimat yang mengandung arti yang luas.
Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan : “Bahwa seorang laki-laki datang menemui Nabi SAW, lalu tanyanya : “Ya Rasulullah, manakah do’a yang lebih utama?”.  Ujar Nabi : “Mohonlah kepada Tuhanmu kema’afan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat ”. Kemudian orang itu kembali datang kepada Nabi, pada hari kedua dan ketiga, juga buat menanyakan soal ini, yang oleh Nabi tetap diberikan jawaban seperti pada hari pertama. Lalu sabda Nabi pula : “Seandainya kamu diberi kema’afan dan keselamatan di dunia dan akhirat, maka sungguh  kamu telah beruntung”.
Juga dalam sebuah hadits bahwa Nabi SAW. bersabda : “Tak ada sebuah do’a pun yang diucapkan oleh hamba, yang lebih utama dari : “Allahuma inni as’alukal mu’afata fid dun-ya wal akhirah”.(Artinya : Ya Allah, sesungguhnya saya memohon pada Mu keselamatan di dunia dan di akhirat ).
11. Menghindari yang tak baik terhadap diri, keluarga dan harta benda sendiri.
Diterima dari Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kamu berdo’a untuk keburukan dirimu, begitupun terhadap anak-anakmu, terhadap pelayan-pelayan dan harta bendamu, jangan sampai nanti do’amu itu bertepatan dengan suatu saat dimana Allah bisa memenuhi permohonan, hingga do’a burukmu itu akan benar-benar terkabul !”.
12.  Mengulangi do’a sampai tiga kali.
Diterima dari Abdullah bin Mas’ud : “Bahwa Rasulullah SAW. senang sekali berdo’a dan istighfar tiga kali”. (H.R. Abu Daud)
13.  Agar mulai dengan diri pribadi, bila berdo’a buat orang lain.
Firman Allah Ta’ala :
“ Ya Tuhan kami ! berilah keampunan bagi kami, dan bagi saudara-saudara kami yang telah lebih dulu beriman daripada kami”.(Q.S. Al-Hasyr : 10).
Dan diterima dari Ubai bin Ka’ab ra, katanya : “Bila Rasulullah SAW. teringat akan seseorang lalu mendo’akannya maka lebih dulu dimulainya dengan dirinya sendiri “. (H.R. Turmudzi)
14.  Menyapu muka dengan kedua belah telapak tangan setelah selesai berdo’a, setelah memuji dan mengagungkan Allah, dan setelah mengucapkan shalawat Nabi.
Mengenai menyapu muka ini dijelaskan oleh K.H. Drs. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, M.A. dalam kitabnya “Zikir Berjama’ah Sunnah atau Bid’ah” dijelaskan bahwa : Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab haditsnya “Bulughul Maram min Abdillah Al-Ahkam” telah mengutip sebuah hadits sebagai berikut : “Dari Umar ra, ia berkata : ‘Adalah Rasulullah Saw apabila berdo’a sambil menengadahkan kedua tangannya, beliau tidaklah menurunkan kedua tangannya sehingga mengusap wajahnya dahulu dengan kedua tangannya itu“. (H.R. Imam Turmidzi)
Selanjutnnya Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : Hadits riwayat Turmidzi itu mempunyai beberapa pendukung, diantaranya hadits Ibnu Abbas ra, riwayat Abu Daud dan yang lainnya. Dan jika beberapa hadits itu dipadukan maka derajat hadits itu meningkat menjadi hadits hasan .

Sumber: Tarekat Qodiriyah


Sabtu, 23 Juli 2011

Syaikh Junaidi Al-Baghdadi R.A


Nasihat Spiritual Maulana Syaikh Junaid Al Baghdadi


Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Syeikh Abul Oasim al-Junaid bin Muhammad – rahimahullah — berkata :
“Semoga Allah mengkhususkan dirimu untuk taat kepada-Nya; memberi peluang kepadamu untuk selaras dengan-Nya; menjadikanmu sebagai penghuni kewalian-Nya; memilihmu untuk mahabbah cinta-Nya; mengegaskan dirimu untuk menuju kepada-Nya; menetapkan padamu menurut ilmu kehendak-Nya; menjadikan perbuatanmu dengan ilmu yang dikehendaki-Nya; mengembalikan dirimu untuk memperhatikan pada kesimpulan pemahaman tentang Diri-Nya; menghalangi antara dirimu dengan berbagai halangan yang memenggal dan rantai yang merintang; menjadikan ucapan-ucapanmu diridhai di hadapan-Nya dan di sisi-Nya pula engkau dalam keadaan bersih; mencukupkan dirimu upah setiap yang sibuk dengan-Nya; memberi luang kepadamu untuk bakti kepada-Nya; menyenangkan dirimu dengan memasrahkan persoalan kepada-Nya; menghalangi antara dirimu dari setiap pencegah di jalan penempuhan kepada-Nya; dan menjadikan raja penolong pada setiap hasratmu yang membuatmu tidak bahagia dalam Menempuh ridha-Nya di sisi-Nya, sesungguhnya Dia adalah Pelimpah kenikmatan dan yang Mencukupi berbagai hasrat kepentingan.
Seyogyanya bagi orang yang berakal (sehat) untuk tidak mengabaikan salah satu dari tempat ini:

Tempat dimana seseorang apakah kondisi ruhaninya bertambah atau berkurang;

Tempat dimana ia berkhalwat dengan mendidik dirinya, berdisiplinlah pada aturan yang harus dilakukannya (dan mendalami penyelidikan pengetahuannya);

Tempat dimana akalnya dihadirkan untuk memandang aturan-Nya; bagaimana aturan-aturan bisa berbeda-beda; baik disaat telah malam mupun disiang hari. Akal tidak bisa jernih manakala tidak mampu kondisi terakhir tersebut, kecuali dengan menepati aturan yang seharusnya dilakukan dari aturan-aturan pada kedua kondisi ruhani yang pertama.

Sementara tempat-tempat dimana ia harus mengenal kondisi ruhaninya, apakah bertambah atau berkurang, ia harus melakukan khalwat agar tidak direpotkan oleh gangguan kesibukan yang merusak introspeksinya; yang kelak bisa dilanjutkan dengan arah menuju penyelarasan disiplin penunaian kewajiban, dimana perilaku taqarrubnya tidak akan jernih kecuali dengan memenuhi kewajiban-kewajiban fardhu. Kemudian bangkit, sebagaimana bangkitnya hamba di hadapan Tuhannya yang ingin melaksanakan perintah-Nya. Maka pada saat demikian, terbukalah baginya rahasia-rahasia dirinya yang tersembunyi. Ia akan tahu apakah ia termasuk orang yang telah menunaikan kewajiban atau belum, kemudian ia tidak ragu dengan posisinya hingga adanya bukti ilmu yang menyibaknya. Apabila ia melihat adanya cacat, segera memperbaikinya, dan tidak menjalankan amal selain amal itu. Perilaku demikian ini merupakan kondisi ahli shidq. “Dan Allah mengokohkan melalui pertolongan-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Perkasa.”

Sedangkan tempat-tempat khalwat untuk mendidik diri dan mendalam kondisi pengetahuannya, maka seharusnya bagi yang menuju arah ini, dan ingin mendapatkan nasihat dalam beramal — maka kadang-kadang berbagai hal itu menipu dirinya — dimana batas sebenarnya tidak diketahui kecuali oleh orang yang teliti mata hatinya. Apa sebenarnya yang terjadi di sana, berupa dorongan mencintai perbuatan baik.

Sebab diri itu bila cenderung untuk berbuat baik, akan menjadi etika pada dirinya, dan diri tenteram pada tempat yang menjadi keahliannya, sekaligus ia akan membelot dengannya. Diri melihat yang berlaku padanya, berupa tindakan kebaikan tersebut sebagai kemampuannya, kemudian musuh yang mendiami. mengintai untuk menghancurkannya, mengalir melalui tempat berjalannya darah. Musuh itu mengancam dengan kekuatan tipu dayanya pada kealpaan yang tersembunyi, lalu ia merampasnya melalui kecondongan hawa nafsu, yang tak ada lagi jalan kecuali melalui kondisi tersebut, bila ia tidak merasakan rampasannya, ia mendorong dari dirinya dan mengenal dirinya untuk lebih bergegas kembali kepada Dzat yang tidak bisa menjamin kecuali dengan-Nya. Kemudian ia meneliti dirinya lebih mendalam seketika dimana musuh bisa meraihnya. Lalu ia menjaganya dengan kenikmatan bersegera, mencari pertolongan dan rasa butuh yang sangat serta mencari sandaran, sebagaimana Nabi yang mulia, putra Nabi yang mulia, Yusuf bin Ya’qub bin Ibrahim –alaihim as-salam:”Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (Q.s. Yusuf: 33).
Yusuf as, mengetahui bahwa tipu daya musuh dengan kekuatan hawa nafsu, tidak akan bisa dihindari dengan kekuatan diri.”Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesunggahnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. Yusuf: 34).

Adapun tempat-tempat yang menjadi tempat presentasi akalnya untuk memandang tempat berlakunya aturan hukum, dan bagaimana Dia membalik aturan, adalah tempat paling utama dan paling luhur. Sebab Allah swt. memerintahkan seluruh makhluk-Nya agar terus-menerus beribadah dan tidak bosan-bosan berbakti kepada-Nya. Firman-Nya:”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Q.s. Adz-Dzaariyaat: 56).

Dan para hamba itu mendapatkan jaminan di dunia, sementara di akhirat mendapatkan pahala. Allah swt. berfirman:”Wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah, dan sujudlah, serta sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan agar kamu mendapatkan kebahagiaan.” (Q.s. Al-Hajj: 77).

Semua itu merupakan ibadah yang diharuskan kepada semua makhluk, dan Dia menetapkan agar diketahui bagaimana aturan-aturan itu dilaksanakan. Allah swt. juga memaparkan keluhuran ilmu dan pengetahuan. Dia berfirman, “Setiap hari Dia dengan urusan.” (Q.s. Ar-Rahman: 29). Yakni urusan makhluk.

Engkau — wahai orang yang berdiri teguh — agar selalu melihat bahwa dirimu merupakan makhluk dengan urusannya. Apakah engkau mengetahui perilakumu itu diridhai di sisi-Nya? Tak seorang pun mampu menghadirkan akalnya kecuali dengan memalingkan diri dari dunia dan seisinya (di sisi-Nya), keluar dari arah-Nya. Apabila dunia usai, hangus, dan hangus pula penghuninya, berpaling dari hati, maka menjadi sunyi dengan bercakap-cakap pada pelaksanaan dan beragamnya aturan serta rincian pembagian. Hati tidak akan kembali, pada suatu yang sifatnya mengambil manfaat dari dunia ini yang mana, hati telah keluar dan lari dari dunia.

Tidakkah engkau melihat ketika Haritsah berkata, “Diriku telah jemu dari dunia.” Kemudian ia melanjutkan, “Seakan aku melihat Arasy Tuhanku begitu jelas. Seakan-akan aku saling mengunjungi antara ahli surga, seakan-akan, seakan…” Demikianlah kondisi sebagian kaum Sufi.

Oleh sebab itu, wahai saudaraku, berhasratlah beramal untuk menyelamatkan dirimu, keikhlasan pembebasan diri dari perbudakan nafsu yang hina, dan menyelamatkan diri dari bercakap-cakap pada penghuni dunia. Setiap jiwa yang merasakan lalainya kealpaan setetes saja, pasti akan ditimpa kekerasan hati yang memabukkan akal dan menghanguskan pengetahuan, fitnah akan masuk dengan cara yang halus. Siapa yang membuka tutup bencana, akan terbuka pula tutup kandungan. Ia tidak akan menikmati sepoi-sepoi lezatnya beramal.

Sungguh bahagia kaum yang memandang mereka, mengikuti mereka dan menunjukkan mereka jalan yang ringkas. Mendudukkan mereka pada argumentasi yang menyelamatkan, memberi cahaya dakwah mereka untuk memahami yang tersembunyi, melalui diskusi pemahaman perintah, ketika Allah swt. berfirman:”Bergegaslah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu, dan surga yang luasnya seluas langit dan bagi yang disediakan bagi orang-orang yang takwa.” (Q.s. Ali Imran: 133).

Kemudian akal bangkit yang disertai semangat fisik dengan pengarahan yang baik, untuk menegakkan apa yang menjadi bagian mereka di hadapan orang yang peduli pada ajakannya, dan mata menjadi sejuk dan gembira karena apa yang telah disampaikan kepada mereka melalui khalwat. Maka ia pun berkhalwat bersama mereka yang tidak senang menempuh jalan selain jalan-Nya, tidak ber-tawassul kepada-Nya kecuali dengan-Nya, dan mereka tidak meminta sesuatu kecuali agar dilangsungkan khidmah kepada-Nya, pertolongan yang baik dalam berselaras dengan-Nya. Para musuh putus asa dengan mereka, wibawa hawa nafsu telah mati di hadapan mereka, sedangkan mata cinta menyejukkan mereka. Mereka tidak ingin meraih apa-apa yang lebih besar dibanding apa yang diraihnya, tidak ingin memperoleh nikmat dibanding apa yang telah dianugerahkan kepada mereka, tidak pula menginginkan daya. Mereka dijernihkan oleh ilmu, dan muamalah (ibadah) telah mendidik mereka, sementara mereka dimuliakan oleh sikap memastikan hanya kepada Allah Ta’ala dan mereka tidak membutuhkan selain kepada-Nya. Mereka adalah para yang dicari Allah dan pencari-Nya; pecinta Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Orang-orang berhasrat rindu memandang mereka, dan merasa rugi berpisah dengan mereka, dan amat gembira bisa berbicara dengan mereka. Allah menghendaki mereka dan mereka pun menghendaki-Nya, mereka mencari Allah dan mereka pun menemukan-Nya.Maka, barangsiapa ingin selamat, bergegaslah meraih ruh kehidupan, dengan mencari hubungan pada anugerah-Nya. Karena sesungguhnya Allah itu adalah harapan para wali, cita-cita para cendekiawan, yang dicari orang-orang Sufi. Kalau bukan karena-Nya, mereka pun tak akan mendapatkan petunjuk menuju kepada-Nya.

Siapa yang — Allah –menyebut mereka, Allah akan menunjukkan kepada-Nya. Petunjuk itu tidak menghimpit hati mereka, dan Allah tidak memberi beban yang tidak kuat untuk dilakukan oleh mereka yang lain, bahkan Allah tidak menjauhi mereka dan tidak menyingkirkan jiwa-jiwa mereka. Allah tidak menyiksa mereka atas kelalaian mereka. Bahkan memberi nikmat mereka melalui penerimaan udzur ketika menerima mereka, memaafkan atas ketidakmampuan fisik mereka, dan mendudukkan mereka dengan persahabatan yang indah. Memperkuat komitmen mereka dengan tradisi generasi ummat-ummat terdahulu dengan beban yang baik. Membersihkan mereka dari azab yang dahsyat, memberi petunjuk mereka jalan syukur dan ridha di sisi-Nya, mengasihi antara mereka dan para pengamat keserupaan dan problema. Allah menjaga hati, mata dan pendengaran mereka dari mendekat pada kebinasaan. Dan mereka pun menjaga diri dari membincangkan sesuatu dari kebinasaan; Sesuatu yang merusak, dan tragedi dunia menjadi sesuatu yang hina di mata mereka. Mereka merasa senang atas pilihan yang diberikan Wali mereka. Taqarrub mereka adalah penyucian, tasbih, pambagusan, dan tahlil. Rasa senang dan sejuk mereka ada pada ketika mereka bermunajat. Tak ada yang menghalangi mereka ketika Mereka bertemu dengan-Nya di akhirat.

Bahwasanya, makhluk itu terputus dari Allah Azza wa Jalla, karena mereka mengikuti hawa nafsu, patuh pada lawan-lawannya, membincangkan bunga-bunga dunia, memprioritas apa yang menghancurkan dan meninggalkan apa yang mengabadikan.Karena itu bergegaslah saudaraku, untuk memperbaiki kesalahan umur yang berlalu, kealpaan dan penyimpangan serta kelambatan, dalam, rangka menjaga sisa usiamu dengan cara bangkit, takut, tekun, waspada sebelum waktu berlalu, datangnya maut. Sebab Allah tidak ridha kepada generasi sesudahnya kecuali beramal sebagaimana amal yang diridhai pada generasi sebelumnya. Karena itu leluaskanlah dirimu dalam pembebasan belenggu dengan menanggalkan pakaian yang merepotkan. Sebab suatu hari Allah swt. akan membuka segala aib, pada hari itu amal-amal ditampakkan. Hari, dimana seorang saksi atau teman, tidak bisa menolong dengan amalnya, dan tak seorang pun mengharapkan, kecuali pada pengampunan dan maaf dari Tuhannya. Suatu hari, yang begitu banyak penyesalannya, begitu kuat caciannya.

Mulai saat ini, semampang permintaan maaf diterima dan waktu masih luang, amal masih terbentang, tobat masih diterima, dosa bisa dihapus oleh inabah, penyesalan dan kata-kata masih didengar, kebajikan masih diikuti, kebenaran masih jelas, jalan begitu gamblang, dan hujjah masih kokoh.Hujjah yang benar itu hanya bagi Allah, seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia memberi petunjuk kepadamu semua. Sedangkan pengaruh kehendak hidayah itu sangat jelas di mata orang yang mendapatkan hidayah. Di antara tanda orang yang mendapatkan hidayah adalah memiliki sifat-sifat, antara lain ringan taat, “Cinta penyelarasan dengan-Nya, melihat diri sendiri dengan mata hina, memutuskan diri untuk menegakkan kewajiban, kasih sayang, persaudaraan, penyucian, saling mencintai, saling menolong, memprioritaskan kepada ahli taqarrub dan mereka yang menuju Dzat Allah Azza wa Jalla dibanding diri mereka sendiri, memberi bantuan kepada ahli kewalian, bergerak menjauhi perkara yang diharamkan Allah, ridha yang disertai sabar atas persoalan yang berlalu, merasa ringan dan ringan dalam memberi upah, teliti, detil serta hati-hati, dan menghargai waktu. Berpijak pada sikap yang ala kadarnya dalam memberikan kegembiraan kepada orang lain, bergaul dan duduk bersama mereka. Tidak mengungul-ungulkan mereka, yang dalam konteks ini, Allah berwasiat kepada Nabiyullah saw.:”Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.” (Q.s. Al-khafi :28)

Semoga Allah menjadikan kami dan kalian tergolong orang yang mengetahui Hak Allah dan mengamalkannya. Sibuk dengan Hak Allah dan tidak disibukkan oleh faktor yang mengabaikan Hak Allah itu. Semoga Allah melindungi kami dan engkau, sepanjang perlindungan-Nya kepada kita serta memperbagus pertolongan-Nya kepada kita. Hendaknya engkau benar-benar menunaikan syukur dan melanggengkan dzikir. Dia-lah Pelimpah Kebajikan, Yang Menjanjikan surga bagi hamba-Nya, dan Mengancam mereka dengan neraka,Kitab ini selesai seiring dengan memuji Allah dan anugerah-Nya. Semoga shalawat dan salamnya terlimpah kepada junjungan kita Muhammad dan seluruh keluarganya.
—(ooo)—


Kisah Murid Yang Takabur


Seorang murid Syaikh Junaid merasa telah mencapai derajat kesempurnaan.
“Lebih baik aku menyendiri,” pikirnya.
Maka ia pun menyendiri di sebuah sudut kamarnya dan duduk di sana selama beberapa waktu. Setiap malam, seekor unta dibawa ke hadapannya dan dikatakan padanya, “Kami akan membawamu ke surga.” Ia pun menunggangi unta itu dan berkendara sampai tiba di sebuah tempat yang menyenangkan dan membahagiakan, tempat yang dipenuhi oleh orang orang tampan. Di sana berlimpah berbagai jenis makanan dan air yang mengalir. Ia tinggal di sana hingga fajar; kemudian ia akan tertidur dan telah berada di kamarnya ketika terjaga. Ia pun menjadi bangga dan sombong karena hal ini.

“Setiap malam aku dibawa ke surga,” katanya membanggakan diri dihadapan murid-murid yang lainnya.
Kata-katanya ini sampai kepada Syaikh Junaid. Maka Syaikh Junaid pun mendatangi kamar muridnya itu. Di sana Syaikh menemukannya mempraktekan tatakrama yang tinggi.

Syaikh Junaid bertanya padanya tentang apa yang terjadi. Si murid pun menceritakan keseluruhan cerita kepadanya.
“Malam ini, saat engkau dibawa ke sana, ucapkanlah tiga kali: ‘Laa Haula walaa Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adzim” kata Syaikh Junaid.

Malam itu si murid mengalami apa yang biasanya terjadi. Dalam hatinya, ia tidak mempercayai apa yang telah dikatakan oleh sang syaikh kepadanya. Namun, bagaimanapun juga, saat ia tiba di tempat itu, ia coba coba mengucapkan: “Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah, Yang Maha Tinggi, Yang Maha Agung.” Seketika, semua yang ada di sana berteriak dan pergi melarikan diri. Ia menemukan dirinya berada di atas gundukan kotoran hewan dengan tulang-tulang berserakan di sekitarnya. Menyadari kesalahannya, ia pun bertobat dan kembali ke majelis Syaikh Junaid.
Ia telah belajar bahwa bagi seorang murid, menyendiri adalah racun yang mematikan.


Kisah Syaikh Junaid Ketika Sakit Matanya

Suatu kali, Hadhrat Maulana Syaikh Junaid al Baghdadi menderita sakit mata. Beliau Pun memanggil seorang tabib.
Tabib itu berkata, “Jika matamu terasa berdenyut denyut, jangan biarkan matamu itu terkena air,”
Namun ketika tiba waktu shalat, Syaikh Junaid malah berwudhu, shalat, kemudian pergi tidur. Ketika ia bangun, matanya telah sembuh. Ia mendengar sebuah Suara berkata, ‘Junaid mengabaikan matanya demi memilih keridhaan Kami. Jika, demi tujuan yang sama, ia memohon ampunan bagi para penghuni neraka, niscaya permohonannya akan Kami kabulkan’.”
Keesokan harinya, sang tabib kembali mendatangi Syaikh Junaid dan melihat bahwa mata Junaid telah sembuh. “Apa yang telah engkau lakukan?” tanya sang tabib keheranan.”Aku berwudhu untuk shalat,” jawab Syaikh Junaid.
Seketika itu pula sang tabib, yang beragama Kristen, mengucapkan dua kalimat syahadat.”Ini adalah penyembuhan Sang Pencipta, bukan penyembuhan makhluk,” komentar tabib tersebut. “Wahai Syaikh matakulah yang sakit, bukan matamu. Engkaulah tabib yang sebenarnya, bukan aku.”

Uluhiyyah

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Al-Haq (Allah swt.) mengasingkan diri bersama mereka, dan sifat Uluhiyah di-tajrid-kan bagi mereka. Maka, awal limpahan pengetahuan Al-Haq datang melalui penyaksian-penyaksian penampakan-Nya, dan turun-Nya kepada mereka pada awal Uluhiyah. Ke-Azalian turun pada keabadian, dan kelanggengan baqa’, sampai pada yang tiada hingga, tiada pangkal. Setelah itu, diikuti dengan sifat Penyaksi yang Menghadang penuh Perkasa; Keangkuhan tiada tara, Tampilnya paksaan, Tingginya Kesombongan, Pemaksa kekuasaan dan Dahsyatnya pelenyapan, Agungnya kebesaran dan Agungnya keperkasaan. Dengan hal demikian, lalu Dia mengasingkan Diri, Maha Besar dan Maha Luhur dengan Keagungan. Al-Haq Tegak, bersama Al-Haq untuk Al-Haq. Al-Haq bersama Al-Haq sebagai Hakim bagi hukum.Dia Esa dalam Kemandirian Perkasa-Nya, Esa, Sendiri dan segalanya bergantung kepada-Nya. inilah awal penyaksian Turun-Nya kepada orang yang dilimpahi Nama ini, dan orang itu ditempati Nama tersebut di hadapan-Nya. Hal itu diiringi dalam penjagaan benteng-Nya dengan-Nya dan bagi-Nya dari Asmaul Husna-Nya, baik yang ditunjukkan atau belum, berupa Asma-asma al-Jam’u mat-Tafriqah sekehendak-Nya ketika dalam penampakan maupun penyembunyian. Diantaranya ada yang jelas dalam pembuktiannya dan gamblang dalam wilayah pencariannya, terlihat sebab akibat arahnya, beristirahat dalam tempat-tempatnya, di sana dan di sini dalam kendaraannya. Lantas sifat-sifat menjadi fana’ dengan melintasnya penghimpunan menurut teknis hakikat, yang kemudian ditutupinya. Di dalamnya tersembunyi, lalu dihilangkan. Padanya terhampar lalu disimpannya. Semula mendiami lalu dibinasakan. Ketika dikalahkan lalu dipaksanya. Lalu keasingan-keasingannya musnah berpisah tanpa sambung; membubung dengan susunan namun tanpa jenis aturan. Lalu meninggi dengan dzahir nya, dan penampakan keruntuhannya melalui pemandirian hukum-hukumnya. Lalu pada saat seperti itulah, bercerai-berai lenyap; kesombongan saling menyombong; keperkasaan saling memerkasakan, lalu pada kala seperti itu, muncullah “mana”-nya “mana”, (ainal ain) padahal “mana” itu tidak menempati waktu (masa).

Lalu ke manakah perginya “mana” menurut kelanggengan Azalinya? Sedangkan mana yang tidak mana bagi-Nya, dan tidak di mana di dalamnya berada dalam Kemandirian Uluhiyah. Itulah sebagian apa yang dihamparkan Al-Haq dengan-Nya dalam Nama Al-Jam’u.Kemudian berlaku kepada mereka sesuatu yang berlaku dalam pandangan, dalam bukti penyaksian yang mempertemukan Al-Haq, kepada siapa pun yang demikian sifatnya atas nama-Nya Yang Sendiri dan ilmu-Nya yang murni. Ini merupakan isyarat yang tidak bisa diulas lebih banyak. Dan tidak memahami jenis isyarat itu kecuali dengan keadaan yang telah kami sebutkan di atas. Banyak yang telah diliputi uraian tersebut, namun aku tidak mampu mengungkapkannya.

Raihlah melalui sesuatu yang tidak bisa diraih kecuali dengan-Nya, manakala mengetahui Al-Haq dengan pengetahuanmu dan di dalam pemahamanmu.Maka di antara sebagian yang dipertemukan oleh Al-Haq dalam Nama at-Tafriqah adalah: Nama itu ditahan oleh penampakan sesuatu yang dipakai oleh mereka, dan dipakainya untuk menjelaskan apa yang mereka tahan. Mereka dalam laku permukaannya penuh dengan kesaksian-kesaksian yang rahasia terpendam. Manakala diperlihatkan apa yang mereka teliti, tenggelamlah tempat penemuan oleh ketersembunyian rahasiannya. Mereka dalam penyaksian-penyaksian apa yang ditampakkan kepada mereka menurut kebisaaan apa yang diperlihatkan kepada mereka. Lalu mereka melihat pancaran apa yang sedang dilihatnya; yaitu melihat pancaran rahasia yang terjaga, yang mengguncang mereka dalam penampakan apa yang tersembunyi itu. Hal itu terjadi ketika belum diberikannya sifat ini kepada mereka pada tirai yang asing. Lalu ditampakkan bukti kesaksian pencurahan dan pelimpahan rasa kasihan dari perkara yang mendahului. Mereka ditampakkan dengan-Nya ketika mereka diterima oleh-Nya bersama-Nya. Dan pengagungan kedudukan-Nya di sisi mereka, melalui berita-berita adanya penemuan yang terpenuhi, dan pemenuhan pada setiap yang dicintai, dicari dan disenangi, melalui penyempurnaan purnanya kesucian dan manunggalnya anugerah yang beruntun. Lalu mereka dikasihani dalam tempat aman bagi mereka, melalui penyaksian mereka kepada-Nya, yang ghaib dari diri mereka, dan mengambil apa yang diterima mereka, dan mencabut apa yang membuat mereka gembira dari anugerah dan rasa kasihan-Nya, dan mereka dihentikan oleh kehendak agar sampai kepada-Nya, dan pencarian kepada-Nya; berupa kontra-kontra kesaksian yang dahulu.Seandainya engkau melihat mereka dengan mata penyaksian-Nya pada mereka, dan melihat dengan kenyataan apa yang ditempatkan kepada mereka, tentu engkau akan melihat berbagai sandera yang terbelah-belah dan terlenyapkan, serta melihat penyiksaan arwah-arwah luluh lantah.

Mereka dihanyutkan melalui pelenyapan dalam Keperkasaan Malakut-Nya, dan mereka dilenyapkan dengan limpah-ruah cobaan Al-Haq dengan pemusnahan oleh-Nya, dengan sesuatu dimana mereka mendapatkan pertolongan dari-Nya, dan dengan itu Pula kepada-Nya, dalam tekanan-tekanan kegelisahan bencana yang membuat mereka mengaduh. Nafas-nafas mereka dikumpulkan dalam nafas-nafas mereka, dan ruh-ruh mereka ditahan dalam ruh-ruh mereka. Dan dengan begitu mereka ke sana-ke mari, dan dari-Nya, bersama-Nya, kepada-Nya mereka menunggalkan diri.Inilah, sebagian ilmu Tauhid dihamparkan oleh hamba-hamba Kinasih-kinasih-Nya. Selesailah (bab ini), dengan memuji kepada Allah dan dari Allah dan dari Allah pula. ‘Semoga Allah menganugerahkan rahmat-Nya kepada Muhammad dan seluruh keluarganya, dan memberikan keselamatan dengan keselamatan penuh.’

Adab Penempuh Jalan Ruhani

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Pemurah.
Hazrat Maulana Syaikh Abul Oasim al-Junaid — Radhiyallahu anhu — ditanya tentang etika penempuh jalan Allah Azza wa jalla, maka al-Junaid menjawab, “Hendaknya engkau ridha terhadap Allah Azza wa Jalla dalam seluruh tingkah laku ruhani, dan hendaknya engkau tidak meminta kepada siapa pun kecuali kepada Allah Ta’ala.” Beliau juga ditanya tentang intuisi kebaikan, apakah intuisi itu hanya satu atau banyak? Al-Junaid menjawab, “Kadang-kadang bisikan (intuisi) yang mengajak pada kepatuhan itu terdiri dari tiga arah:

1. Bisikan yang dibangkitkan oleh intuisi syetan
2. Bisikan nafsu yang dibangkitkan intuisi syahwat dan peringanan beban; dan
3. Bisikan Rabbany yang dibangkitkan oleh intuisi taufik.

Ketiganya sulit dibedakan dalam hal ajakannya untuk patuh. Untuk membedakan harus didasari amaliah yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa dibukakan pintu kebaikan, maka cepatlah ia meraihnya.” Dan tentunya, kita harus menolak pintu terbuka di luar kebajikan. Sementara intusi syetan itu berdasar firman Allah swt.:”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syetan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (O.s. Al-A’raaf: 201).

Sedangkan intuisi syahwat yang merupakan bisikan nafsu, berdasar sabda Rasuluilah saw, “Neraka itu dihiasi oleh kesenangan-kesenangan.” Masing-masing intuisi atau bisikan tersebut memiliki perbedaan spesifik yang bisa dibedakan oleh pihak yang mendapatkannya.

Bisikan nafsu yang dibangkitkan intuisi syahwat dan upaya pencarian keringanan beban dan kesenangan; maka dalam konteks ini, syahwat terbagi menjadi:
1. Syahwat Nafsaniyah, Seperti cinta kedudukan dan keluhuran, usaha membalas (dendam) ketika marah, dan merendahkan pihak yang kontra kepadanya, dan sebagainya; serta
2. Syahwat jasmaniyah, seperti makan, minum, kawin, berpakaian, bersih, dan sebagainya.
Bagi nafsu, ada upaya kebutuhan pada obyek-obyek kenikmatan ini menurut jangkauan masing-masing dan tekanannya yang kuat kepada masing-masing ragam dari nafsu tersebut.

Bagi orang yang mendapatkan bisikan nafsu ada dua tanda yang berdiri pada posisi seorang saksi yang adil dalam membedakan bisikan yang ditentukan:

Pertama, bisikan itu datang di saat ada kebutuhan mendesak pada unsur-unsur yang serupa tersebut, seperti munculnya keinginan kawin ketika hal-hal yang disenangi sangat mendesak, namun kebutuhan itu dijumbuhkan, bahwa tujuan kawin itu mengamalkan perintah Nabi saw, “Nikahlah kalian, agar kalian menurunkan keturunan. Sebab aku akan berlomba-lomba memperbanyak ummat lewat kalian di hari Kiamat.” Juga seakan-akan didasari oleh sabda Nabi saw, “Tak ada kependetaan di dalam Islam,” hal yang sama juga dalam soal makan di saat lapar. Lalu kadang-kadang dijumbuhkan dengan ajakan pada dirimu untuk meninggalkan puasa atau mendapatkan hal-hal yang menyenangkan, dengan alasan tersebut. Misalnya engkau mengatakan, bahwa puasa yang terus-menerus itu bisa melemahkan keinginan untuk taat; dan bahwa meninggalkan makanan yang enak ini, bisa melukai teman Muslim yang mengundangnya; atau bisa melukai perasaan keluarga manakala makanan itu memang sangat diminati oleh keluarganya.

Tetapi kadang-kadang ada godaan yang mengkhianatimu dengan warna lain, misalnya ada bisikan yang mengatakan kepadamu, “Jauhilah nafsu dengan meraih hal-hal yang tidak menyenangkan, agar bisikan nafsu itu tidak masuk kepadamu, yang bisa merusak ibadahmu,” dan sebagainya yang serupa. Semua ini merupakan godaan dan penyimpangan bisikan tersebut.


Semisal dengannya, ketika ada rasa berat dan enggan untuk beribadah, lalu bisikan itu datang dengan menggunakan alasan hadis bahwa Nabi saw. melarang “tidak nikah”, melarang pemaksaan diri, seperti sabdanya, “Lakukanlah amalmu semampumu,” dan sabdanya lagi, “Pohon yang ditumbuhkan, tidak pada bumi yang gersang, juga tidak pada tanah yang kasar.” Bahkan memperbanyak ibadah yang mendorong keletihanmu, syahwatnya mencegah untuk menjurus pada rusaknya ibadah atau mencegah untuk berpaling dari ibadah. Lantas membawamu pada bunuh diri atau penjara dan sepadannya, karena adanya khayalan atas dua kondisi tesebut, yang menjanjikan kesenangan dan hilangnya beban.

Salah satu dari dua bukti dari bab ini, diawali dengan kejenuhan dan kepayahan, ketika muncul keinginan untuk lepas beban, dan diawali dengan sesuatu yang menyenangkan yang dimunculkan oleh intuisi syahwat. Karena itu harus direnungkan perihal dua kondisi tersebut. Apabila telah didahului oleh dua motivasi tersebut, berarti itu bisikan nafsu. Kebutuhan nafsu adalah faktor yang mengajak dan menggerakkannya. Kesimpulannya bahwa bisikan tersebut bersifat syahwat atau keinginan pada hal yang menyenangkan. Maka pada galibnya bisikan seperti itu pasti dari nafsu. Sedangkan saksi kedua adalah desakan bisikan ini dan tidak adanya pemutusan terhadap bisikan tersebut, hingga datangnya semacam kemampuan sepanjang engkau menolak dan berjuang melawan nafsumu, yang mendesak dan mengeraskan kepalamu, lalu muncul desakan bahwa memohon perlindungan, rasa takut, waspada dan rasa suka itu tidak ada gunanya. Bahkan yang muncul adalah dorongan yang mendesak terus-menerus. Yang demikian ini merupakan bukti-bukti yang gamblang, bahwa desakan demikian dari nafsu. Sebab nafsu itu seperti anak-anak, ketika anak-anak di larang malah tampak keras kepalanya.Dua kondisi seperti itu merupakan bukti yang adil, manakala bertemu, tidak bisa diragukan sebagai bisikan nafsu. Terapinya untuk menanggulangi masalah ini adalah kontra secara radikal dan upaya yang penuh. Engkau harus mencegah keinginan bebas beban di saat muncul pembangkit bisikan kepayahan dan kelelahan ibadah, atau posisi yang memberatkan, agar bisa mencegah gerakan intuitif seperti itu. Apabila bisikan itu bersifat emosi syahwat, terapinya melalui tindak preventif terhadap faktor yang memburunya, atau engkau menolak dari kesenangan lain agar lebih kuat tindak pencegahannya.

Sedangkan intuisi syetan ditandai dengan dua hal pula:
Pertama, dengan munculnya sebagian apa yang dibutuhkan nafsu melalui ajakan syahwat atau ajakan bebas beban dalam waktu-waktu yang diinginkan sebagai tuntutan nafsu. Perbedaan antara intuisi syetan dan intuisi nafsu, bahwa intuisi syetan itu sangat mendesak. Kedua, intuisi syetan itu dimulai dan ditimpakan pada akalnya, sementara intuisi nafsu berkaitan dan menggerakkan wataknya seperti syahwat dan rasa senang. Oleh sebab itu was-was syetan berjalan menuruti alur pembicaraan manusia dengan dirinya. Hanya saja perbedaan di sana-sini tidak terlihat jelas.
Manusia menggerakkan hatimu dari arah indera pendengaran di saat berbicara; atau mendengar dan melihat ketika menunjukkan (mengisyaratkan); serta merasakan ketika meraba; sementara syetan mengganggu melalui was-was dan perabaan hati serta membisik dalam hati. Syetan tidak tahu yang ghaib, namun ia datang kepada nafsu dari sisi akhlak yang direkayasa untuk dilakukannya. Inilah perbedaan antara intuisi nafsu dengan intuisi syetan.


Adapun intuisi Rabbany, ditunjukkan melalui dua bukti.
Pertama, muncul berselaras dengan syariat bagi pelakunya, dan ada bukti-bukti kebenarannya. Kedua, tidak diawali hasrat nafsu ketika menerima intuisi tersebut, justru muncul ragam keleluasaan. Intuisi tersebut merobohkan nafsu, tanpa adanya permulaan seperti pada intuisi syetan. Hanya saja kecepatan nafsu berselaras dengan intuisi syetan, lebih banyak, lebih gamblang, dan lebih membuatnya malas. Karena syetan itu tiba dari sisi syahwat dan kesenangannya. Sedangkan intuisi Rabbany datang dari segi beban dan tugas. Nafsu menolak kedatangan tugas dari intuisi Rabbany. Inilah perbedaan antara intuisi Rabbany, intuisi nafsu dan intuisi syaithany. Apabila engkau kedatangan bisikan atau intuisi, maka timbanglah dengan tiga kriteria di atas, buktikan dengan bukti-bukti yang kami tunjukkan, sehingga engkau bisa membedakan berbagai intuisi.

Jadikanlah intuisi syetan dan nafsu — sebagaimana kami sebutkan untukmu — untuk ditolak, lalu bergegaslah dengan intuisi Rabbany. Jangan engkau abaikan intuisi Rabbany itu, sebab waktu itu sempit dan kondisi ruhani itu bisa berubah.
Engkau harus waspada dengan buaian nafsu dan was-was syetan. Sebab pintu ini termasuk pintu kebajikan yang dibukakan untukmu, maka raihlah hingga engkau bisa memulai dari awalnya.
Misalnya, muncul bisikan kepada orang yang dianjurkan berpuasa pada sebagian bulan atau qiyamullail, lalu bisikan itu datang, “Sudahlah, nanti saja kalau malam sudah habis,” atau kata-kata, “Nanti saja kalau bulan akan habis,” padahal bisikan seperti itu adalah rekayasa bagi pemilik pintu taufik.

Bisikan-bisikan seperti itu tidak abadi, namun cepat berubah. Sedangkan bergegas untuk berpegang erat pada intuisi Rabbany, sangat dianjurkan syariat. Ada dua manfaat di dalamnya:


Pertama, bahwa waktu yang ada adalah waktu yang paling sempurna, seperti waktu-waktu dimana hadist-hadist menyebutkan turunnya anugerah Allah Azza wa Jalla, dan turunnya rahmat serta ampunan. Sementara pandangan-pandangan Allah swt. kepada makhluk-Nya tiada terbatas.

Kedua, semangat untuk menjalankan perintah-perintah dan taat ketika muncul berkah dibalik amal. Di sinilah rasa malas menjadi sirna, karena berhadapan dengan hembusan-hembusan Rahmat Allah Ta’ala. Demikian pula sekaligus menjadi manfaat olah jiwa (riyadhah nafsu) untuk segera melaksanakan perintah-perintah. Wallahu A’lam wa Ahkam.Demikian akhir dari ucapan Abul Qosim al-junaid — semoga Allah menyucikan ruhnya dan mencerahkan kuburnya. Dan segala puji hanya bagi Allah Tuhan sementa alam, serta shalawat dan salam semoga terlimpah pada junjungan kita Muhammad, beserta keluarga dan sahabatnya semuanya, dengan salam sejahtera yang melimpah ruah.
Alfatihah
Wejangan Spiritual Maulana Syaikh Junaid al BaghdadiAku bertanya, “Betapa menakjubkan berita yang engkau berikan kepadaku, betapa kalangan yang dinisbatkan dengan sifat yang luhur itu berlaku aturan? Bagaimana itu terjadi, sampai aku mengetahuinya?”
Ia menjawab, “Pahamilah, Ketika mereka mencari-Nya dalam kehendak-Nya, dan diri mereka terhalang, lantas mereka mencari-Nya dalam pelimpahan-Nya tehadap mereka, pada harapan bencana yang ada pada sifat-sifat mereka. Karena kelezatannya ada pada mereka, dimana mereka menutupi mereka agar melaksanakan dengan kejatiandirinya dan berkerja dengan indra mereka serta menikmati kelezatan dengan diri mereka dalam tempat-tempat kebanggaan, hasil-hasil dzikir dan pelimpahan paksa.
Bagaimana engkau mengetahui hal itu, padahal tidak ada yang mengetahuinya kecuali ahlinya, tidak bisa menemukan selain mereka dan tidak ada yang kuat selain mereka pula. Bagaimana engkau tahu, kenapa mereka mencari-Nya namun juga menghalangi-Nya, lantas mereka berperantara dengan sesuatu dari-Nya sebagai keharusan kepada-Nya, dan mereka pun memohon pertolongan dalam keperantaraan itu melalui hakikat-hakikat yang ada pada-Nya? Karena sebenarnya Dia telah mempertemukan mereka dengan Wujud-nya untuk mereka. Lalu Dia menetapkan ghaibnya rahasia-rahasia-Nya dalam diri mereka dan kepada mereka, yang sampai kepada-Nya. Maka terhapuslah makhluk-makhluk dan terputuslah berbagai kebutuhan, sehingga hubungan menjadi melimpah, derajat menjadi luhur, melalui kesirnan indra dan kefana’an diri.
Kemudian mereka dihadirkan oleh fana’ dalam kefana’an mereka, dan mereka dipersaksikan Wujud dalam wujud mereka. Sesuatu yang menghadirkan dan mempersaksikan mereka dari diri mereka, adalah tirai yang samar dan hijad yang lembut, dimana mereka menemukan tirai pada sekat kesirnaan dan kepayahan yang berat, untuk menutupi segala yang tidak selaras, berupa sebab-sebab langsung, dengan menghadirkan berbagai sebab yang layak, dan layak pula sifatnya bagi makhluk. Maka mereka pun mencari sesuatu itu di tempat-tempat pencarian mereka, namun mereka tidak mengetahuinya dari dalam diri mereka. Karena mereka menempati tempat kekuatan, dan mereka meraih hakikat-hakikat kehormatan, maka pada mereka ditempatkan sesuatu yang menyibukkan mereka. Maka muncullah sepenuhnya yang ada dan yang tidak ada pada sifat. Walaupun sikat cobaan bertambah.”
Aku meminta, “Uraikan ragam cobaan mereka kepadaku di tempai-tempat mereka yang menakjubkan dan kedudukan mereka yang dekat!”Ia menjawab, “Mereka merasa sudah cukup dengan apa yang ada, lalu mereka keluar dari segala hajat kebutuhan, meninggalkan telaah, menggunakan kemenangan dengan mengerahkan kemampuan, dan dengan sergapan kebanggaan. Dengan begitu mereka memandang kepada segala sesuatu melalui apa yang ada pada mereka, tanpa menaiki tahap yang ada pada-Nya, sehingga mereka menegakkan keterpisahan dan keterputusan. Maka ketika mereka melihat dan menemukan dengan dua matanya, dan terlimpahi dua perkara, tiba-tiba tampak lembah AI-Haq di hadapan mereka, yang datang dari-Nya untuk mereka, berupa sesuatu yang diperuntukkan bagi mereka, untuk berkonsentrasi kepada-Nya sepenuh kemampuannya. Maka keluarlah mereka dari hal tersebut tanpa ada keraguan kepada-Nya, memprioritaskan terhadap kemandirian sukacita mereka, yang menunjukkan kepada-Nya dan meyakinkan dengan penuh kelapangan dada. Mereka tidak ingin kembali atas apa yang ada pada diri mereka dan tidak ingin pula mencari tempat yang menuju kepada mereka. Bila keadaannya demikian, mereka diliputi oleh cobaan, sementara mereka tidak tahu.”
Aku berkata, “Engkau telah membuat aneh akalku dan menambah ketololanku. Karena itu dekatkan pada pemahamanku.”
Ia menjawab, “Para pemilik cobaan (ahlul bala’) ketika sedang bertemu dengan Sang Pembicara Yang Benar pada diri mareka, dan hikmah-hikmah-Nya berlaku pada mereka, maka rahasia-rahasia mereka jadi asing, arwah-arwah mereka lebur sepanjang umur, hingga tidak menghinggapi wilayah-wilayah dan tidak pula menenterami. Ia menjadi mesra dengan Sang Pengujinya, dan manja dengan kefana’an pemanja yang lunglai. Ia benar-benar digelisahkan oleh kesirnaannya, sedang kehinaannya adalah kerinduannya, dimana ia didahagakan dan dilaparkan di hadapan-Nya, digelorakan rindu kepada-Nya, yang diikuti oleh dahaga demi dahaga akan bertumbuhan. Ia di paksa oleh ma’rifatnya, dan tergilas oleh kesirnaannya. Kedahagaan kepada-Nya agar terus menuju paripurna, sementara setiap tutup yang terbuka adalah ilmu baginya, yang dirasakan melalui rasa fakir, yang dibaharui dengan memandang kemungkinan jerih payah, yang dibebani oleh pengaruh bahan makanan (jiwa), rindunya sampai membelah gelisahnya, yang senantiasa mecari obatnya.
Ia senantiasa menggantungkan jejak-jejak Sang Kekasih: segala yang jauh di mata, amatlah dekat. Ia ditirai dengan persembunyian karena sirna tirainya yang harus dipakai di hadapan-Nya. Ia merasa lapang dada dengan kemusnahannya melalui cobaan yang ditimpakan kepadanya. Ia sudah tak peduli dengan dirinya sendiri, cukup dengan cintanya, dan ketergantungan dalam tempat taqarrubya. Ia melihat batas-batas kejapan-kejapan dalam kecepatan bangunnya. Kebinasaannya tenggelam, lalu mengalir pada dirinya dalam kelanggengan abadi, dan pemedihan cobaan, bahkan sampai cobaan itu sendiri lekat nikmat dengannya, dan merasa masra dengan cobaan itu demi keabadiannya. Ketika ia melihat-Nya begitu dekat, ia mencegah dirinya dengan mendatangi sengantanya. Ia tak pernah merasa lelah memikulnya, tidak diletihkan oleh kebosanannya. Mereka adalah orang-orang gagah dalam menghadapi cobaan, karena adanya kegembiraan bagi mereka. Mereka berdiri dalam keperkasaan-Nya, menunggu perintah-Nya, agar Allah melakukan suatu perintah untuk dilaksanakan.
Kalangan ahlul bala’ ini terbagi menjadi dua golongan: Di antara mereka ada yang menyenangi pada cobaan-Nya, maka lalu ia tenteram pada kehendak-Nya, ia tak memedulikan kesenangan untuk memuaskan dirinya terhadap segala sesuatu. Kesenangannya dengan wujud rasanya, hingga ia terkalahkan dan termakar dengannya, yang membuatnya cerai-berai. Namun ia bersiap diri untuk menyambut cobaan-Nya sebagai kehormatan, dan ia memandang bahwa penyebab keluar dari cobaan adalah faktor yang menyebabkan kekurangan dan kelemahan ..