Bismillahir Rahmanir Rahiim
Sebelum berdo’a, maka harus diperhatikan adab-adab atau tata tertib berdo’a tersebut. Diantara adab-adab atau tata tertib berdo’a, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mencari yang halal (makanan dan barang yang halal dan menjauhi yang haram)
Diriwayatkan oleh Hafizh bin Mardawaih dari Ibnu Abbas ra, katanya : “Saya membaca ayat di hadapan Nabi SAW yang artinya : “Hai manusia makanlah barang-barang halal lagi baik yang terdapat dimuka bumi”. Tiba-tiba berdirilah Sa’ad Abi Waqqash, lalu katanya : “Ya Rasulullah! Tolong anda do’akan kepada Allah, agar saya dijadikan orang yang selalu dikabulkan do’anya”.
Ujar Nabi : “Hai Sa’ad! Jagalah soal makananmu, tentu engkau akan menjadi orang yang terkabul do’anya! Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada dalam genggamannya! Jika seorang laki-laki memasukkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima do’anya selama empat puluh hari. Dan siapa juga hamba yang dagingnya tumbuh dari makanan haram atau riba, maka neraka lebih layak untuk melayaninya!”
Dan diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW. bersabda : “Hai manusia! Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan tak hendak menerima kecuali yang baik. Dan Allah telah menitahkan kaum Mukminin melakukan apa-apa yang telah dititahkan-Nya kepada para Mursalin, firman-Nya :
“Hai para Rasul! Makanlah olehmu makanan yang baik, dan beramal solehlah! Sesungguhnya, Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan !”.(Q.S. Al-Mu’minin : 51)
Dan firman-Nya lagi :
“Hai orang-orang yang beriman ! Makanlah mana-mana rezeki yang baik yang telah Kami berikan padamu !”. (Q. S. Al-Baqarah : 172)
Kemudian disebutnya tentang seorang laki-laki yang telah berkelana jauh, dengan rambutnya yang kusut dan pakaian penuh debu, sedang makanannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dibesarkan dengan barang haram. Walaupun ia menadahkan tangannya kelangit sambil berdo’a : “Ya Tuhan, Ya Tuhan! Bagaimana Tuhan akan mengabulkan do’anya itu !”.
2. Menghadap kiblat
Rasulullah SAW pergi keluar buat shalat istisqa’ (minta hujan), maka beliau berdo’a dan memohonkan turunnya hujan sambil menghadap kiblat.
3. Memperhatikan saat-saat yang tepat dan utama
Seperti pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum’at, sepertiga terakhir dari malam hari, waktu sahur, ketika sedang sujud, ketika turun hujan, antara adzan dan qomat, setelah sholat fardhu, saat mulai pertempuran, ketika dalam ketakutan atau sedang beriba hati, dan lain-lain.
a. Diterima dari Abu Umamah ra, : Seseorang bertanya : “Ya Rasulullah, do’a manakah yang lebih didengar Allah ? Ujar Nabi : “Do’a ditengah-tengah akhir malam, dan selesai shalat – shalat fardhu”. (H.R. Turmidzi)
b. Dan diterima dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW. bersabda : “Jarak yang paling dekat diantara hamba dengan Tuhannya ialah ketika ia sedang sujud. Maka perbanyaklah do’a ketika itu, karena besar kemungkinan akan dikabulkan”. (H.R. Muslim).
4. Mengangkat kedua tangan setentang kedua bahu
Berdasarkan hadits riwayat Abu Daud dari Ibnu Abbas ra, katanya : “Jika kamu meminta hendaklah dengan mengangkat kedua tangamu setentang kedua bahumu atau kira-kira setentangnya, dan jika istighfar ialah dengan menunjuk dengan sebuah jari, dan jika berdo’a dengan melepas jari-jemari tangan”.
Dan diriwayatkan dari Malik bin Yasar bahwa Nabi SAW. bersabda : “Jika kamu meminta kepada Allah, maka mintalah dengan bagian dalam telapak tanganmu, jangan dengan punggungnya” Sedang dari Salman, sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya Tuhanmu Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi adalah Maha Hidup lagi Maha Murah, ia merasa malu terhadap hamba Nya jika ia menadahkan tangan kepada Nya, akan menolaknya dengan tangan hampa”.
5. Memulainya dengan memuji Allah, memuliakan dan menyanjung Nya, serta bershalawat kepada Nabi SAW.
Berdasarkan hadits riwayat Abu Daud dan An Nasa’i, juga oleh Turmidzi, dari Fudhalah bin ‘Ubeid ra, : “Bahwa Rasulullah SAW. mendengar seorang laki-laki berdo’a selesai shalatnya, tanpa membesarkan Allah dan mengucapkan shalawat Nabi, maka sabdanya : “Orang ini terlalu tergesa-gesa”. Kemudian dipanggilnya orang itu, katanya kepadanya atau juga kepada orang-orang lain: “Jika salah seorang diantaramu berdo’a, hendaklah dimulainya dengan membesarkan Tuhannya yang Maha Agung dan Maha Mulia itu serta menyanjungNya, lalu mengucapkan shalawat atas Nabi SAW., serta setelah itu barulah ia berdo’a meminta apa yang diingininya”.
6. Memusatkan perhatian, menyatakan kerendahan diri dan ketergantungan kepada Allah Yang Maha Mulia, serta menyederhanakan tinggi suara, antara bisik-bisik dan jahar
Firman Allah : “Dan janganlah kamu keraskan suaramu waktu berdo’a, jangan pula berbisik-bisik dengan suara halus, tetapi tempuhlah jalan tengah antara kedua itu “. (Q.S. Al-Isra’: 110)
Dan firman Nya pula,
“Bermohonlah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan tidak mengeraskan suara ! Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melewati batas. (Q.S. Al-A’raf : 55)
Berkata Ibnu Jureir : “Tadharru’ maksudnya ialah merendahkan diri dan pasrah menta’ati-Nya. Sedang “khufyah” ialah dengan hati yang khusyu’ dan keyakinan yang teguh mengenai ke-Esaan dan ke-Tuhanan-Nya dalam hubungan antaramu dengan Nya, jadi bukan dengan suara keras karena riya’.
Selanjutnya dijelaskan dalam sebuah hadits yang diterima dari Abu Musa Asy’ari ra, bahwa ketika Rasululullah SAW mendengar orang-orang berdo’a dengan suara keras, beliaupun bersabda: “Hai manusia ! Berdo’alah dengan suara perlahan, karena kamu tidaklah menyeru orang yang tuli ataupun berada di tempat yang kamu seru itu ialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, dan tempat kamu bermohon itu lebih dekat lagi kepada salah seorangmu dari leher kendaraanya! Hai Abdullah bin Qeis ! Maukah kamu kutunjuki sebuah kalimat yang merupakan salah satu perbendaharaan surga? yaitu: “Laa haula walaa quwwata illaabillaah”.
Dan diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Nabi SAW bersabda : “Hati itu merupakan gudang-gudang simpanan. Dan sebagiannya lebih tahan lagi simpanannya (ingatannya) dari yang lain. Maka jika kamu hai manusia memohon kepada Allah, maka mohonlah dengan hati yang penuh keyakinan akan dikabulkan-Nya.Karena Allah tidak akan mengabulkan do’a dari seorang hamba yang hatinya kosong dari ingatan dan perhatian.”
7. Hendaklah do’a itu tidak mengandung dosa atau memutuskan tali silaturahim
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Sa’id Khudri ra, bahwa Nabi SAW. bersabda : “Tidak seorang Muslimpun yang berdo’a kepada Allah ‘azza wa jalla, sedang do’anya itu tikak mengandung dosa atau bermaksud hendak memutuskan silaturrahim, maka akan diberi Allah salah satu diantara tiga perkara : Pertama, akan dikabulkan Nya do’a itu dengan segera. Kedua, adakalanya ditangguhkan Nya untuk menjadi simpanannya di akhirat kelak. Dan Ketiga, mungkin dengan menghindarkan orang itu dari bahaya yang sebanding dengan apa yang dimintanya”. Tanya mereka : “Bagaimana kalau kami banyak berdo’a?” Ujar Nabi : “Allah akan lebih memperbanyak lagi”.
8. Tidak menganggap lambat akan dikabulkan Tuhan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW. bersabda: “Tentu do’a seseorang akan dikabulkan Allah, selama orang itu tidak gegabah mengatakan : “Saya telah berdo’a, tetapi do’a itu tidak juga dikabulkan Tuhan”.
9. Berdo’a dengan keinginan yang pasti agar dikabulkan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW. bersabda : “Janganlah salah seorang diantaramu mengatakan: “Ya Allah ampunilah daku jika Engkau mengingininya, ya Allah, beri rahmatlah daku jika Engkau mengingininya” dengan tujuan untuk memperkuat permohonannya itu, karena Allah Ta’ala, tak seorangpun yang dapat memaksa Nya”.
10. Memilih kalimat-kalimat yang mencakup makna yang luas.
Umpamanya “Rabbana aatina fi’d dun-ya hasanah, wafi’l aakhirati hasanah, waqina adzaaban naar”, (Artinya : Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka). Nabi SAW memandang utama berdo’a dengan kalimat-kalimat yang mengandung arti yang luas.
Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan : “Bahwa seorang laki-laki datang menemui Nabi SAW, lalu tanyanya : “Ya Rasulullah, manakah do’a yang lebih utama?”. Ujar Nabi : “Mohonlah kepada Tuhanmu kema’afan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat ”. Kemudian orang itu kembali datang kepada Nabi, pada hari kedua dan ketiga, juga buat menanyakan soal ini, yang oleh Nabi tetap diberikan jawaban seperti pada hari pertama. Lalu sabda Nabi pula : “Seandainya kamu diberi kema’afan dan keselamatan di dunia dan akhirat, maka sungguh kamu telah beruntung”.
Juga dalam sebuah hadits bahwa Nabi SAW. bersabda : “Tak ada sebuah do’a pun yang diucapkan oleh hamba, yang lebih utama dari : “Allahuma inni as’alukal mu’afata fid dun-ya wal akhirah”.(Artinya : Ya Allah, sesungguhnya saya memohon pada Mu keselamatan di dunia dan di akhirat ).
11. Menghindari yang tak baik terhadap diri, keluarga dan harta benda sendiri.
Diterima dari Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kamu berdo’a untuk keburukan dirimu, begitupun terhadap anak-anakmu, terhadap pelayan-pelayan dan harta bendamu, jangan sampai nanti do’amu itu bertepatan dengan suatu saat dimana Allah bisa memenuhi permohonan, hingga do’a burukmu itu akan benar-benar terkabul !”.
12. Mengulangi do’a sampai tiga kali.Diterima dari Abdullah bin Mas’ud : “Bahwa Rasulullah SAW. senang sekali berdo’a dan istighfar tiga kali”. (H.R. Abu Daud)
13. Agar mulai dengan diri pribadi, bila berdo’a buat orang lain.Firman Allah Ta’ala :
“ Ya Tuhan kami ! berilah keampunan bagi kami, dan bagi saudara-saudara kami yang telah lebih dulu beriman daripada kami”.(Q.S. Al-Hasyr : 10).
Dan diterima dari Ubai bin Ka’ab ra, katanya : “Bila Rasulullah SAW. teringat akan seseorang lalu mendo’akannya maka lebih dulu dimulainya dengan dirinya sendiri “. (H.R. Turmudzi)
14. Menyapu muka dengan kedua belah telapak tangan setelah selesai berdo’a, setelah memuji dan mengagungkan Allah, dan setelah mengucapkan shalawat Nabi.
Mengenai menyapu muka ini dijelaskan oleh K.H. Drs. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, M.A. dalam kitabnya “Zikir Berjama’ah Sunnah atau Bid’ah” dijelaskan bahwa : Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab haditsnya “Bulughul Maram min Abdillah Al-Ahkam” telah mengutip sebuah hadits sebagai berikut : “Dari Umar ra, ia berkata : ‘Adalah Rasulullah Saw apabila berdo’a sambil menengadahkan kedua tangannya, beliau tidaklah menurunkan kedua tangannya sehingga mengusap wajahnya dahulu dengan kedua tangannya itu“. (H.R. Imam Turmidzi)
Selanjutnnya Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : Hadits riwayat Turmidzi itu mempunyai beberapa pendukung, diantaranya hadits Ibnu Abbas ra, riwayat Abu Daud dan yang lainnya. Dan jika beberapa hadits itu dipadukan maka derajat hadits itu meningkat menjadi hadits hasan .
Sumber: Tarekat Qodiriyah
Makasih bos artikelnya bermanfaat buat ummat..
BalasHapus