Prof. Dr. HM. Quraisy Shihab
Semua agama menganjurkan pemeluknya agar rendah hati. Al-Qur’an
sejak dini mengingatkan: “Hai seluruh manusia, Kami menciptakan kamu terdiri
dari laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian
saling mengenal yakni saling bantu membantu dan sesungguhnya yang termulya
diantara kamu disisi Allah adalah yang paling bertaqwa.”
Memang
dikatakannya ‘yang termulya’ tetapi kemulyaan inilah atau sifat-sifat yang
menjadikan seseorang mulya itulah yang mengantarnya rendah hati. Ketaqwaan itulah
yang mengantar seseorang atau membuahkan kerendahan hati, karena hanya Allah
Yang Mengetahui siapa yang bertaqwa, Allah juga melarang orang angkuh, Allah
juga menyatakan “Jangan sekali-kali membanggakan diri kamu.”
Kendati manusia memang berbeda-beda. Ada yang kaya ada
yang miskin, ada yang kuat ada yang lemah, ada yang pandai ada yang bodoh. Tetapi
yakinlah bahwa diatas semua yang pandai ada yang lebih pandai, diatas yang kaya
ada yang lebih kaya, diatas yang kuat ada yang lebih kuat. Yakinlah tidak semua
pengetahuan telah diraih oleh seseorang, bisa jadi apa yang kita ketahui tidak
diketahui oleh orang lain, demikian juga apa yang diketahui oleh orang lain
tidak kita ketahui. Yang kayapun membutuhkan yang miskin, yang kuat membutuhkan
yang lemah. Karena itu Nabi SAW mengingatkan bahwa kalian memperoleh rezeki
kalian, kalian memperoleh kemenangan karena bantuan orang-orang lemah diantara
kalian semua. Dengan demikian tidak ada tempatnya untuk berbangga-bangga atau
menyombongkan diri.
Dalam konteks rendah hati para pakar menyarankan untuk
menyontohi air. Kendati air dibutuhkan oleh semua yang hidup, bahkan sumber
kejadian semua yang hidup, namun air terus mencari tempat yang rendah, dia
menurun dan menurun. Tetapi jangan duga dia tidak kuat, jika kita
membendungnya, maka dia akan terus melaju dan bisa jadi mendobrak segala
sesuatu yang menghadangnya. Begitulah seseorang yang rendah hati. Al-Qur’an
berkat: “Betapapun tingginya kepala manusia dia tidak akan mencapai langit,
betapapun kuatnya hentakan kaki manusia dia tidak akan menembus bumi. Hai manusia,
jika engkau ingin melihat kelemahanmu, bandingkanlah kemampuanmu dengan seekor
lalat yang bila merebut sesuatu darimu, engkau tidak dapat mengambilnya kembali.”
Jangan pernah menduga bahwa rendah hati ditandai dengan jalan
yang loyo, rendah hati digambarkan dengan menunduk ketika berjalan. Tidak! Nabi
SAW berjalan dengan penuh dinamisme, beliau dilukiskan turun dari daratan
tinggi. Jangan juga menduga bahwa rendah hati menjadikan kita kita tidak gagah,
tidak!. Seorang sahabat Nabi SAW pernah bertanya kepada Nabi SAW : “Saya
senang alas kakiku indah, bajuku indah. Apakah itu keangkuhan?.” Nabi SAW
menjawab: “Tidak, keangkuhan adalah mengingkari hak orang, keangkuhan
adalah melecehkan dan menghina orang lain.” Rendah hati berbeda dengan
keangkuhan, bahkan Nabi SAW pun mengingatkan “Rahima Allah hum ro’an ‘arafa
qodra nafsik” (Allah merahmati seseorang yang mengetahui kadar dirinya;
menempatkan dirinya pada tempat yang sebaik-baiknya). Bahkan Nabi SAW juga
mengingatkan “Al-Takabbur ma’a al-Mutakabbirina Shadaqah” (bersikap
angkuh kepada orang yang angkuh itu merupakan sedekah).
Ya Allah, kami bermohon kepada-Mu kesehatan dalam
keimanan. Kami bermohon keimanan dalam budi pekerti yang luhur, kami bermohon
usia yang panjang dalam kebajikan amal.
Sebagaimana Engkau telah memperbaiki bentuk fisik kami,
maka kami bermohon perbaiki pulalah akhlak kami.
Ya Allah, jadikanlah bisikan hati kami lebih indah dari
apa yang kami nyatakan, dan jadikanlah apa yang nyata dari kami selalu
merupakan kebajikan, dan jadikanlah kami tergolong hamba-hamba yang saleh.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar