Salah satu doa yang sering di panjatkan oleh Rasulullah SAW adalah berdoa untuk dilindungi dari kemiskinan "Allahumma inni A'uDzubika Minalfaqri" (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kemelaratan). Disisi lain salah satu sifat yang dianjurkan oleh Allah adalah sifatNya AL-GHANIY dan AL-MUGHNIY (Yang Maha Kaya dan Yang Memberi Kekayaan).
Kemiskinan ada dua macam, kemiskinan materi dan kemiskinan rohani. Kekayaan juga demikian, kekayaan materi dan kekayaan rohani. Seorang yang kaya dalam bahasa agama adalah orang yang tidak butuh atau yang sedikit sekali kebutuhannya kepada makhluk, dia hanya membutuhkan Allah SWT. Sedangkan orang yang miskin adalah orang yang butuh kepada sesama makhluk.
Agama kita menganjurkan agar seseorang jangan terjerumus
dalam kemiskinan dan meneladani Allah dalam kekayaanNya, dalam arti untuk tidak
mempunyai banyak kebutuhan. Manusia diperintahkan untuk bekerja untuk berusaha,
namun kita dapat membagi manusia dalam konteks usaha ini menjadi 3 macam,
yaitu:
- Ada yang MALAS, tidak menggunakan potensinya
- Ada yang menggunakan potensinya secara berlebihan
- Ada juga yang hidupnya pas-pasan karena dia hanya berusaha secara pas-pasan.
Orang yang hidup pas-pasan tidak dianjurkan dalam agama.
Agama menganjurkan untuk menjadi kaya, agar dengan kekayaan itu kita dapat
berbuat amal-amal yang baik, kita dapat membantu orang lain. Tidak ada celaan
di dalam materi kecuali apabila dia diupayakan secara tidak halal atau apabila
dia digunakan tidak pada tempatnya.
Orang yang tidak menggunakan potensinya, boleh jadi disamping karena malas juga karena berserah diri kepada Allah dengan alasan Allah telah menjamin rezekinya. Sebenarnya anggapan seperti itu tidaklah benar. Allah SWT sebelum memerintahkan kita berserah diri kepada-Nya, Allah memerintahkan kita untuk berusaha, berusaha dan berusaha dari kesucian menuju kepuasan hati. Apabila kita sudah berusaha maksimal, maka puas lah dengan hasil usaha kita, niscaya kita akan merasakan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Orang yang tidak menggunakan potensinya, boleh jadi disamping karena malas juga karena berserah diri kepada Allah dengan alasan Allah telah menjamin rezekinya. Sebenarnya anggapan seperti itu tidaklah benar. Allah SWT sebelum memerintahkan kita berserah diri kepada-Nya, Allah memerintahkan kita untuk berusaha, berusaha dan berusaha dari kesucian menuju kepuasan hati. Apabila kita sudah berusaha maksimal, maka puas lah dengan hasil usaha kita, niscaya kita akan merasakan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Jaminan rezeki Allah itu bukan dalam arti mempersembahkan
sesuatu yang siap kita gunakan, tetapi mempersembahkan sesuatu yang menjadi
lahan dan sebab untuk kita memperoleh rezeki itu. Allah SWT memberikan dorongan
rasa lapar, dorongan untuk memperoleh keindahan, dorongan untuk memperoleh
kebahagiaan. Semua itu adalah jaminan dari rezeki Allah SWT.
Allah SWT menghamparkan bumi dan langit ini itu juga
merupakan jaminan dari rezeki Allah. Itu sebabnya mengapa Allah SWT berbicara
tentang jaminan rezekinya, dinyatakan-Nya: “tidak ada satu binatang melata
pun yang bergerak yang tidak
dijamin oleh Allah rezekinya”, seakan-akan Allah hendak menyatakan bahwa ;”kalau
kita tidak bergerak, maka kita tidak akan memperoleh rezeki kita”.
Disisi lain jangan pernah menduga bahwa rezeki hanya
rezeki material/kebendaan saja, ketenangan batin adalah rezeki, pengetahuan
adalah rezeki, karena itu semua adalah bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia.
Rezeki ini, dan pembagiannya, sungguh membingungkan. Ada
orang dengan sedemikian mahir dalam bidang ekonomi, yang tahu seluk-beluk
memperoleh rezeki, tetapi penghasilannya tetap terbatas. Ada juga orang yang
tidak mengetahui seluk-beluk ilmu ekonomi, tidak mengetahui tata cara
berbisnis, namun hasilnya melimpah. Apa makna itu semua? Maknanya bahwa
sebenarnya yang mengatur rezeki itu adalah Allah SWT. Manusia bisa berusaha
tetapi untuk perolehannya banyak sebab yang harus terhimpun, namun hanya Allah
yang dapat menghimpun semua sebab itu sehingga dapatlah seseorang memperoleh
rezeki. Kita pernah melihat orang membuat sarang untuk datangnya burung walet,
burungnya tidak datang. Tapi ada orang yang tidak mempersiapkan sarang walet
tapi burungnya datang dan orang tersebut memperoleh rezeki yang melimpah.
Maknanya sekali lagi, bahwa Allah SWT yang mengatur
rezeki tapi sekali lagi ingat ,manusia harus berusaha. Allah yang mengatur
rezeki, karena kalau manusia yang mengaturnya dia tidak akan ADIL, manusia akan
egois, bisa-bisa dia tidak membagi rezeki itu untuk orang lain, buktinya ada
saja orang-orang yang sudah melimpah rezekinya, tapi masih enggan ia membaginya
dengan orang lain yang membutuhkan kendati Allah telah memerintahkan untuk
membantu sesamanya. Rezeki Dijamin Allah, tapi manusia harus berusaha.
Kita diperintahkan berusaha sekuat kemampuan kita
menggunakan semua potensi kita dengan cara yang benar dan baik, dan setelah
berusaha kita diperintahkan untuk puas hati dengan hasil usaha kita itu apapun
hasilnya. Tapi puas hati yang dimaksud bukan sejak semula. Puas hati yang
diajarkan agama dalam konteks berusaha adalah;
- Usaha maksimal yang halal
- Meraih apa yang kita usahakan
- Puas hati dengan memberikan seluruhnya atau sebagian dari hasil usaha kita itu pada siapa yang membutuhkannya
Yang demikian itulah yang dinamakan dalam bahasa agama
dengan QONA’AH atau puas hati yang diajarkan oleh agama. Siapa yang
berusaha sekuat tenaganya dari titik tolak yang suci dan setelah usaha maksimal
ia puas dengan hasil usahanya, maka Allah akan memberkati usaha tersebut
sehingga walaupun ia tidak meraih apa yang diharapkannya, maka yakinlah Allah
akan menganugrahkannya lebih banyak lagi ketimbang apa yang diharapkannya tadi,
persis seperti Siti Hajar ketika berusaha mencari air dari bukit Shafa (bukit
kesucian) ia berakhir di Marwah yang berarti ‘kepuasan’, dan ketika itu ia
tidak berhasil tapi Allah menganugrahkan kepada beliau dan anaknya serta kepada
kita generasi-generasi kini dan generasi-generasi yang akan datang air zam-zam
yang tidak habis-habisnya.
Itulah sebagian dari renungan agama yang diajarkan oleh
Al-Qur’an dan As-Sunnah, semoga bermanfaat, Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar