إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
sebenarnya penafsiran ayat diatas yang
lebih relevan adalah: "Allah tidak akan menghilangkan
merubah/mencabut/merusak /menodai nikmat yang diperoleh sebuah kaum dari Allah
swt, sampai kaum itu sendiri menghilangkan/merubah/mencabut/merusak/menodainya
nikmat tersebut"
kenapa demikian?
nikmat itu sudah ada setiap nafas manusia,
يُغَيِّرُ لا
itu ditafsirkan "Allah tidak akan
menghilangkan". sedangkan huruf مَا itu adalah "kenikmatan yang sadah ada, sudah dianugerahkan
Allah sebelum manusia memintanya".
jika لا يُغَيِّرُ diartikan: "Allah tidak akan merubah nasib". berarti Allah
dalam posisi menunggu usaha manusia merubah nasibnya dan mencari nikmat,
kemudian Allah baru merubahnya. apa mungkin allah menunggu manusia. rahmat Allah
baru akan datang setelah manusia berusaha mencarinya. kok seoalah-olah manusia
memposisikan Allah menjadikan tuhan yang kikir. membatasi luasnya kekuasaan
allah.
jadi ayat diatas lebih menjelaskan nikmat
yang sudah dinikmati manusia dan bagaimana ia menyikapi nikmati itu dengan
sikap syukur. jika manusia terus taat dalam menerima taat maka nikmat akan
terus manusia terima, sebaliknya jika menghilangkan/merubah taat, maka Allah
juga akan menghilangkan nikmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar